Seperti yang kita ketahui, konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan merupakan konflik yang telah terjadi dalam kurun waktu yang tidak singkat, dimana konflik ini telah berlangsung sejak 25 juni 1950. Konflik ini menimbulkan ketegangan Korea Utara dan Korea Selatan hingga dengan sekarang. Akhir-akhir ini yang menjadi salah satu pemicu konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan adalah adanya uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara yang tentunya menimbulkan sebuah reaksi dari Korea Selatan terhadap Korea Utara. Kembali ke 70 tahun yang lalu, perpisahan antara Korea Selatan dan Korea Utara merupakan hasil dari adanya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika.
Jika ditarik pada masa sekarang Korea Selatan terus berupaya untuk berdamai dengan Korea Utara dengan cara membuat Korea Utara kembali mempercayai Korea Selatan, namun sepertinya Korea Utara tidak masih enggan untuk dekat kembali dengan Korea Selatan. Baru-baru ini Korea Selatan menggelar latihan militer reguler dengan Amerika Serikat yang membuat Korea Utara berfikir bahwa latihan tersebut diadakan untuk menginvasi Korea Utara, kemudian hal itu di balas oleh Korea Utara dengan menguji coba senjata nuklir yang mereka miliki.
Dari hubungan yang awalnya sudah mulai membaik, namun pada akhirnya di tahun 2019 hubungan ini kembali renggang terkait pembicaraan nuklir yang disepakati oleh Korea Utara dan Amerika Serikat. Hal ini jelas membuat usaha dari Korea Selatan agaknya sia-sia. Jika dilihat dari masyarakatnya jelas sekali terdapat sangat banyak perbedaan, terutama dalam segi kesejahteraan dan juga keamanan rakyat dari kedua negara yang terpisah ini.
Yang akan kita bahas pertama kali adalah kesenjangan hidup yang terjadi di dua negara ini. Korea Selatan merupakan negara yang maju dengan kualitas hidup yang baik, Korea Selatan juga terkenal dengan budaya K-Pop dan K-Dramanya yang tersebar di wilayah Asia, Eropa, dan juga Afrika. Tentu hal ini sangat berbanding terbalik dengan Korea Utara yang kesejahteraan hidup dan juga kebebasannya masih sangat terbatas. Kemudian jika dilihat dari segi nasionalisme, masyarakat Korea Utara terutama golongan mudanya sangat banyak yang ingin keluar dari Korea Utara untuk bisa bergabung menjadi warga dari Korea Selatan, hal ini tentu di picu dari aturan-aturan Korea Utara yang sangat membatasi warganya untuk berinteraksi dengan dunia luar meskipun hanya lewat media sosial, maka tak heran jika banyak warga Korea Utara kabur dari negaranya dengan cara yang sangat berbahaya demi mendapatkan kebebasan yang mereka inginkan. Dalam melakukan tindakan kabur ini tak jarang warga Korea Utara tertangkap oleh militer Korea Utara, dan hukumannya tidak main-main. Sementara, bagi mereka yang berhasil melalui perbatasan, mereka harus melalui pegunungan dan negara-negara tetangga yang lain terlebih dahulu untuk bisa masuk Korea Selatan, dan tak jarang usaha ini pun gagal dikarenakan biasanya mereka ketahuan oleh pihak imigrasi dan mereka akan dikembalikan ke negara asalnya.
Kedamaian bagi sebagian warga Korea Utara adalah sederhana yakni, dengan cara bergabung kembali dengan Korea Selatan atau pun menjadi negara yang memiliki kebebasan seperti Korea Selatan. Namun, nampaknya hal yang demikian sangat sulit terealisasi dikarenakan ada banyak faktor yang tidak bisa diganggu gugat oleh warga Korea Utara.
Kembali kepada poin utama bahwa pihak Korea Selatan tentunya sangat ingin kembali membangun hubungan baik seperti sebelum pemutusan hubungan kembali selain dari apapun keadaan politik yang melatarbelakangi. Harapannya kedua negara ini bisa akur kembali dan menjadi dua negara yang saling memberikan manfaat satu sama lain. Konflik diantara keduanya tentu sangat tidak diharapkan oleh kedua belah pihak maupun negara-negara lain. Jika bisa kembali dengan jalan damai mengapa tidak? Â Terlebih keduanya juga berasal dari sejarah yang sama yakni Korea. Peperangan di kemudian hari bukanlah solusi yang baik. Namun semua pihak hanya bisa berharap, dan kembali lagi negara dan pemerintahannya lah yang bisa mengubah hubungan buruk menjadi hubungan yang lebih baik.
Nama : Viona Agnesia
NIM : 07041282227061
Dosen Pengampuh : Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.Sc.