Mohon tunggu...
Violita Chasanah
Violita Chasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haloo!! Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia dalam Diplomasi Iklim di Tengah ketegangan Amerika Serikat-Tiongkok

7 November 2024   18:06 Diperbarui: 7 November 2024   18:12 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia juga dapat memanfaatkan posisi di G20 untuk mendorong negara-negara maju memenuhi janji pendanaan iklim dan menghapus subsidi bahan bakar fosil secara global. Langkah ini tidak hanya memperjuangkan kepentingan nasional, tetapi juga berkontribusi pada penguatan kerja sama iklim internasional.

Tantangan Domestik: Infrastruktur Hijau dan Reformasi Kebijakan

Tantangan domestik terbesar bagi Indonesia adalah ketergantungan pada energi berbasis batu bara dan birokrasi yang rumit. Tanpa reformasi kebijakan serius, terutama dalam pengembangan energi terbarukan, target nol emisi pada tahun 2060 sulit dicapai. 

Pemerintah perlu menerapkan kebijakan yang mendukung energi hijau, seperti insentif untuk investasi energi terbarukan dan pajak karbon, guna mempercepat transisi menuju energi bersih dan menjadikan Indonesia mitra investasi menarik dalam energi hijau global.

Rekomendasi Kebijakan: Strategi Mendapatkan Manfaat Optimal dari Diplomasi Iklim

Untuk memaksimalkan keuntungan dari ketegangan Amerika Serikat-Tiongkok, Indonesia dapat mempertimbangkan langkah-langkah berikut:

  • Memperoleh Teknologi Hijau: Indonesia perlu bernegosiasi untuk mendapatkan teknologi bersih dari Amerika Serikat dan Tiongkok disertai transfer teknologi dan pelatihan tenaga kerja.
  • Mengamankan Pendanaan Iklim Berkeadilan: Pendanaan harus berfokus pada mitigasi dan adaptasi, terutama bagi wilayah rentan perubahan iklim.
  • Memperkuat Peran Regional di ASEAN dan G20: Menggalang dukungan bagi negara berkembang dan menjaga keseimbangan pengaruh Amerika Serikat dan Tiongkok di kawasan.
  • Reformasi Kebijakan Energi Terbarukan: Mempercepat reformasi regulasi dan mendukung energi terbarukan agar Indonesia lebih kompetitif dalam menarik investasi hijau.

Kesimpulan: Memimpin Diplomasi Iklim Global melalui Peran Seimbang

Dengan berperan sebagai mediator netral di tengah persaingan Amerika Serikat-Tiongkok, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin diplomasi iklim global. Memanfaatkan ketegangan geopolitik dapat membantu Indonesia mengamankan dukungan menuju target nol emisi, sekaligus mempertahankan kemandirian kebijakan luar negeri.

Di era perubahan iklim yang membutuhkan aksi kolektif, Indonesia memiliki peluang strategis untuk menjadi pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang solusi tetapi juga mengarahkannya menuju masa depan berkelanjutan dan berkeadilan.

Referensi:

Bappenas. (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun