Mohon tunggu...
Viola Wahyuni
Viola Wahyuni Mohon Tunggu... Lainnya - Kranji Paciran lamongan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Reading

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Sih Perkembangan Bahasa Reseptif?

6 Maret 2021   10:48 Diperbarui: 6 Maret 2021   10:56 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


1. Perkembangan Bahasa reseptif pada usia 0-12 bulan


Dengan Bahagia yang berkecamuk, orang tua akan merasakan kehebohan pada waktu hadirnya buah hati. Berbagai persiapan sering kali melibatkan emosi dan pikiran. Suasana tersebut akan menjadi sedikit "berlebihan" jika yang hadir adalah yang pertama. Dengan demikian, maka hari-hari pertama, minggu-minggu pertama dan bulan-bulan pertama hadirnya seorang bayi tersebut akan segera menjadi saat-saat yang paling menyita waktu, tenaga, perhatian dan emosi orang tua. Dengan penuh ketakjuban dan dengan perasaan yang 'terbuai' orang tua akan membuka sebuah lembaran kehidupan yang lebih baru dengan kehadiran anak tersebut, apapun yang dirasakan terbaik bagi si bayi, pastilah hal tersebut akan diupayakan baginya.


Pada usia dini ini diperkirakan ada tiga jenis tangis bayi yang dapat diterjemahkan kedalam jenis maksud yang berbeda, yaitu tangis kelaparan, tangis, tangis yang dapat dikaitkan dengan rasa tidak nyaman, rasa Lelah dan rasa bosan, dan tangis kesakitan. Jenis tangis yang pertama mempunyai pola yang dapat digambarkan sebagai alunan suara tangis yang lantang dan 'tajam' yang membentuk satu siklus ritmis yang terbentuk atas suara tangis itu sendiri yang diikuti oleh sebuah jeda pendek tanpa suara, selanjtnya diteruskan oleh tarikan nafas yang juga diikuti oleh sebuah jeda pendek dan akhirnya dilanjutkan dengan suara tangisa lantang Kembali. Jenis tangisan ini lebih dikenal oleh kalangan praktisi Bahasa anak sebagai bentuk 'tangisan dasar'. Jenis tangis yang kedua, tangis yang disebabkan rasa tidak nyaman misalnya mereka gerah, atau basah dikarenakan air pipis, ditandakan dengan suara yang lebih lembut, terkadang keras namun lebih sering berupa tangisan yang lirih. Tangis jenis kedua ini mempunyai ritme yang lebih perlahan dibandingkan dengan jenis tangis pertama, dan diantaranya suara tangis ini akan terdengar suara seperti 'dengkuran' dan suara mengisap-isap. Jenis tangis yang disebabkan rasa kesakitan merupakan jenis tangis yang paling mudah dikenali dan biasanya merupakan tangis yang paling membuat orang tua menjadi panik. Jenis tangis ini biasanya disuarakan dengan lanytang, tiba-tiba dan sangat 'tajam' . kadang-kadang tarikan nangis yang pertama akan seperti jeritan Panjang yang berakhir dengan 'kesenyapan', kemudian diakhiri sebuah tariakn nafas untuk melanjutkan tarikan tangis kedua dan seterusnya. Panjang pendeknya kesenyapan dari tarikan tangis pertama tersebut sangat tergantung pada tingkat 'keparahan' sakit yang diderita si bayi.


2.Perkembangan Bahasa reseptif pada usia 1-3 tahun


Tahap produksi satu kata ini menunjukkan kemampuan anak balita yang sudah mampu menghasilkan kata-kata utama, yaitu secara berturut-turut kata benda, kata kerja  dan kata sifat, sedangkan kata keterangan muncul agak belakangan. Jenis kata benda yang dihasilkan anak pada usia ini biasanya adalah kata-kata yang mempunyai acuan nyata yang berada dlingkungan sekitarnya, seperti misalnya mama, papa, ibu, ba[pak, susu, bola, dan sebagainya. Ketika usia si anak melewati 18 bulan sampai 2 tahun dia akan mulai mengalami tahap produksi tuturan dua kata dan tuturan tiga kata. Didalam tahap ini beberapa  jenis kata gramatikal mulai masuk kedalam perbendaharaan kosa kata sianak, misalnya 'banyak', klitik-ku, yang menunjukkan kepemilikan, 'nggak', 'ndak', 'bukan', 'tidak', 'atas', 'dalam', dan yang paling banyak adalah munculnya kata sifat, misalnya 'gelap', 'merah', 'besar', 'kecil', dan sebagainya.


3.Perkembangan Bahasa reseptif pada usia 3-5 tahun


Manakala anak sudah mencapai 3-5 tahun, maka diyakini sistem gramatika Bahasa ibunya telah hampir sempurna dikuasai. Banyak ditemukan dalam rentang usia ini telah mampu berbahasa seperti layaknya orang dewasa. Keterampilan bercakap yang sangat menarik yang terjadi pada usia dini ini adalah munculnya kemampuan bernegoisasi pada si anak.


Sebuah percakapan yang bersifat negosiatif antar sesama anak baloita akan terjadi lebih seru dan alot untuk sampai ke titik transaksi. Hal ini disebabkan dua pihak yang terlibat didalam proses negosiasi itu mempunyai status dan power yang sederajat. Dengan demikian, apabila kita ingin mengamati perkembangan pemerolehan keterampilan bercakap dari seorang anak, maka percakapan yang bersifat negosiatif yang terjadi antara dia dengan teman sebayanya akan menunjukkan seberapa cepat dia memperoleh penguasaan keterampilan bercakap itu. Secara verbal, didalam sebuah negosiasi antar sesame belita, seorang anak yang menguasai lebih banyak jenis tindak tutur dapat dipastikan akan memenangkan transaksi yang terjadi setelah proses negosiasi.


Sebuah pengamatan terhadap proses negosiasi yang terjadi antara dua subjek anak balita menemukan beberapa jenis tindak tutur yang digunakan oleh dua anak yang terlibat didalam proses itu untuk memenangkan sebuah transaksi, yaitu tindak tutur memberikan alasan, menyalahkan lawan bicara, membenarkan Tindakan dirinya, mengacu kepada orang ketiga, menanyakan alasan lawan bicara, dan tindak mengancam lawan bicara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun