"Bukankah kematian terlahir dari kehidupan dan bukankah kematian itu sendiri hidup?"
Sebelum menjadi manusia yang hidup di dunia, Nabi Adam dan Ibu Hawa sudah merasakan bau Surga. Sebelum menjadi manusia yang taat agama, Jin dan Syetan sudah membuat perjanjian dengan Tuhan di sana. Sebelum meninggalkan hiruk pikuk dunia, setidaknya kita sudah mempunyai bekal untuk hidup di Alam Barzah.
Manusia terlahir tanpa membawa harta, dan hidup dengan sederhana. Hanya saja, nafsu belaka yang menyebabkan dirinya murka. Menjadi manusia juga tidak mudah, banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinyalah yang tidak ada dua.
Hidup di dunia tidak mungkin selamanya. Kita harus siap meninggalkan dan juga ditinggalkan. Kita harus siap melepas dan juga dilepas. Kita juga harus siap menerima dan diterima.
Beberapa bulan terakhir, banyak manusia yang diminta kembali ke sang pencipta. Banyak orang alim yang harus datang mencium bau surga. Sebenarnya ini pertanda apa ?
Satu persatu paku bumi diambil oleh sang pemilik hati, menjadi pengingat bahwa menjadi manusia biasa sangat tidak pantas jika ada timbul rasa iri. Selain duka yang mendalam, sepertinya merayakan kehilangan untuk terakhir kali sangat pantas diutarakan.
Sebenarnya, kematian itu juga sangat dekat dengan kita. Hanya saja terkadang kita terlena dengan harta duniawi yang sedang menghampiri.
Terimakasih telah datang, walau berakhir pergi. Tahun ini aku kembali merasakan pertemuan dan perpisahan. Namun diantara semuanya, kepergianmu yang paling kita ingat.
Selamat Jalan Syaikh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber
Semoga Allah merahmati dan meninggikan derajat beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H