Mohon tunggu...
Viola Eva Reditiya
Viola Eva Reditiya Mohon Tunggu... Penulis - Ruang Sendiri

Banyak orang gagal dalam hidup karena tidak menyadari seberapa dekat mereka dengan kesuksesan ketika mereka menyerah (Thomas Edison).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agama Zoroaster, Agama yang Tidak Banyak Dikenal Manusia

12 Januari 2021   10:12 Diperbarui: 12 Januari 2021   10:36 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari kutipan ayat Al-Qur'an surah Al-Kafirun yang bunyinya "Untukmu Agamamu dan Untukku Agamaku" . Mengingatkan kita bahwa ada banyak agama di dunia yang perlu kita pelajari, namun harus tetap berpegangan teguh dengan agama yang sudah kita anut, salah satu agamanya adalah Zoroaster.

Agama Zoroaster adalah agama yang berkembang di Iran, lebih tepatnya di kota Azarbaijan. Dikenal dengan sebutan Zoroastrianism karena nabinya bernama Zarathustra. Perlu diketahui, bahwa agama zoroaster pernah menjadi agama negara urutan ketiga di iran yang hidup dan berkembang sejak abad 6 M sampai 7 M.

Awalnya, zarathustra lahir kedunia dengan membawa ketakutan yang sangat dahsyat bagi penduduk iran terutama kaum majus karena takut akan menghancurkan agama majusi beserta pemujaan berhalanya. Menurut kaum iran, kematangan dan kedewasaan seseorang itu tercapai pada usia 15 tahun, dan pada saat itu juga Zarathustra diangkat sebagai pendeta.

Karirnya cermelang di usia yang masih muda, sekitar umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari dan memberikan bantuan kepada orang yang kesusahan. Hingga suatu ketika menginjak usia 30 tahun, Zarathustra menerima wahyu yang pertama. Wahyu itu didapat saat ia pergi ke sungai dan dilihatnya suatu zat yang berkilauan dengan sebutan Vohu Manah (Itikad baik).

Zarathustra mengajarkan agama dengan sebutan Zoroaster, tetapi sesungguhnya lebih dikenal dengan sebutan agama Mazdayasna atau kebaktian kepada Mazda (Tuhan Maha Segala Esa, Sejati atau Maha Mengetahui).

Pada awal tradisi agama Zoroaster, tidak di kenal dengan konsep dua Tuhan. Zoroaster hanya meyakini dua kekuatan besar dalam kehidupan yang senantiasa berlawanan atau berbenturan. Zoroaster meyakini bahwa Tuhan itu satu, tunggal, tidak ada sekutu, lawan maupun kawan. Namun, kebanyakan mereka yakin bahwasanya alam raya ini merupakan jelmaan dari pergulatan abadi antara beberapa dewa.

Menurutnya, saat umat Zoroaster meninggal roh manusia akan bergentayangan selama tiga hari didekat jasad yang sudah menjadi mayat. Pada hari keempat, roh tersebut menghadapi hari pengadilan diatas "Jembatan Pembalasan", dan jembatan tersebut di jaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang sangat adil menimbang perbuatan baik buruknya manusia. Jika perbuatan baiknya lebih berat roh tersebut diizinkan langsung ke surga, tetapi jika sebaliknya maka roh akan dibawa ke neraka.

Pasti kalian berfikir, agama Zoroaster memiliki kesamaan dengan satu agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia bukan ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun