Pernahkah Anda merasa rumah terlalu penuh dengan barang, tetapi sulit untuk melepaskannya? Atau justru Anda tipe yang senang hidup dengan sedikit benda dan hanya menyimpan yang benar-benar penting? Dua gaya hidup ini minimalisme dan hoarding berada di dua ujung spektrum yang berlawanan.Â
Minimalisme menawarkan kesederhanaan dan ruang bernapas, sementara hoarding (gangguan menimbun) sering kali dikaitkan dengan kecemasan dan keterikatan emosional yang berlebihan terhadap barang. Tapi, apakah keduanya benar-benar bertolak belakang?
Minimalisme bukan sekadar tren estetika ala rumah serba putih dan kosong, tetapi filosofi hidup yang menekankan pada kepemilikan yang bermakna. Prinsipnya sederhana: memiliki lebih sedikit, tetapi lebih berkualitas. Mereka yang menjalani gaya hidup ini percaya bahwa semakin sedikit barang yang dimiliki, semakin sedikit pula beban mental yang harus ditanggung. Coba pikirkan, kapan terakhir kali Anda merasa benar-benar bahagia karena membeli sesuatu? Kebanyakan dari kita justru merasa lebih lega setelah merapikan dan menyingkirkan barang yang tidak terpakai. Â Â
Di sisi lain, hoarding disorder adalah kondisi psikologis di mana seseorang kesulitan untuk membuang atau melepaskan barang, bahkan yang tidak lagi berguna. Sering kali, ada alasan emosional di balik perilaku ini, seperti kecemasan, trauma masa lalu, atau ketakutan akan kehilangan. Pernahkah Anda menemui seseorang yang menyimpan koran bertahun-tahun karena "mungkin akan berguna suatu hari nanti"? Itulah salah satu tanda hoarding. Bukan sekadar suka mengoleksi, tetapi ada keterikatan yang membuat barang menjadi bagian dari identitas mereka. Â
Menariknya, baik minimalisme maupun hoarding sama-sama berakar pada hubungan manusia dengan barang. Minimalis memilih untuk melepaskan keterikatan demi kebebasan, sementara hoarder merasa aman dengan memiliki banyak benda. Namun, di tengah dua ekstrem ini, ada banyak orang yang berada di antara keduanya tidak ingin hidup dalam kekacauan, tetapi juga tidak ingin membuang barang dengan sembarangan.   Â
Tidak semua orang harus menjadi minimalis yang hanya memiliki 30 barang, tetapi juga tidak perlu menumpuk benda tanpa kendali. Jika Anda merasa sulit untuk membuang sesuatu, coba tanyakan: "Apakah barang ini benar-benar membuat saya bahagia?" Jika tidak, mungkin saatnya untuk melepaskannya. Sebaliknya, jika Anda merasa hidup terlalu kosong dan kaku karena terlalu sedikit memiliki sesuatu, tidak ada salahnya menambahkan sedikit kehangatan dengan barang-barang yang bermakna.  Â
Pada akhirnya, baik minimalisme maupun hoarding bukan hanya tentang barang, tetapi bagaimana kita menjalani hidup. Apakah kita ingin lebih bebas, lebih terorganisir, atau justru merasa aman dengan barang-barang di sekitar kita? Tidak ada jawaban yang benar atau salah, yang penting adalah memahami hubungan kita dengan benda dan memastikan bahwa itu tidak mengendalikan hidup kita.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI