Aku menunggu kedatangan penafsir mimpi itu, lumayan lama aku menunggunya. Rasanya aku ingin putar arah, tetapi sudah sampai di tempat ini, dan sedikit lagi aku akan mendapatkan kembali bola mataku, jadi aku harus tetap optimis.Â
Tiba-tiba penafsir mimpi itu datang dan langsung memberi selamat kepadaku karena sudah sampai di tempat ini, dia juga memberi petunjuk selanjutnya.Â
Kata penafsir mimpi itu aku harus berjalan ke arah barat dan jalannya harus menyamping seperti kepiting. Dan untuk menarik perhatian sosok misteri itu, aku harus menyanyi lagu "Abditeh", aneh juga mistis petunjuk kali ini. Tetapi aku harus melakukannya.Â
Dia juga berkata bahwa bonggol jagung emas sebagai senjata melawan sosok misteri itu. Kalau sosok misteri itu kalah, maka aku akan mendapatkan kembali bola mataku, jika aku yang kalah, maka akulah yang menjadi santapannya. Dan penafsir mimpi itu menghilang lagi dan akan kembali jika aku berhasil mengalahkan sosok misterinya.Â
Oke aku langsung beraksi, aku berjalan seperti kepiting menuju arah barat. Aku menggenggam erat bonggol jagung emas itu. Aku belum berani menyanyikan lagu abditeh, karena aku belum siap bertemu dengan sosok misteri itu.
Setelah beberapa langkah, aku berhenti sejenak untuk menghela napas, aku menghirup napas dalam-dalam, lalu aku keluarkan perlahan juga, tapi tidak lewat belakang ya.Â
Aku mulai menyanyikan lagu abditeh, sayangnya aku tidak hapal liriknya, jadi aku melantunkan nadanya saja (nanana nanana nanananananana nanana nanana nanananana) semakin aku menyanyi semakin aku merasa takut, tapi jika tidak bernyanyi, waktu yang aku butuhkan pasti akan lama untuk berjumpa dengan sosok misteri itu.Â
Aku sempat berhenti bernyanyi. Tapi setelah menghela napas panjang lagi, aku mulai berjalan menyamping menuju arah barat sembari bernyanyi, aku memegang erat-erat bonggol jagung emas untuk mengurangi rasa takutku.Â
Tepat lagu yang aku nyanyikan selesai, sosok misteri itu datang dengan suara seperti raksasa buto ijo, aku kaget dan aku lari tapi tidak sepert  kepiting, aku berlari terbirit-birit, untung tidak sampai ngompol.Â
Tapi langkah lariku tiba-tiba terhenti, apa yang terjadi ini? Kakiku seperti patung, tidak bisa digerakan, apakah ini sihir dari sosok misteri itu? Oh tidak, apa yang harus aku lakukan?Â
Oh iya, aku punya bonggol jagung emas. Bayangkan saja bonggol jagung emas yang aku bawa ini senjata samurai yang sakti mandraguna. Sosok misteri itu terus mendekatiku, langsung saja aku tusukan bonggol jagung itu kebadannya.Â