Mohon tunggu...
Vieka Intanny
Vieka Intanny Mohon Tunggu... -

nu commer

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ramayana Ballet

2 Mei 2011   08:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:09 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sendratari Ramayana atau yang biasa dikenal dengan nama Ramayana Ballet bukanlah hal baru yang bisa kita temukan di Yogyakarta. Sendratari Ramayana biasa dipentaskan di Kompleks Wisata Candi Prambanan. Suatu hari saya mendapatkan kesempatan untuk melihat pertunjukan tersebut. Pementasan Sendratari Ramayana dipadati oleh para wisatawan mancanegara. Untuk tiket masuknya sendiri dibagi menjadi beberapa kelas. Untuk kelas ekonomi dikenakan tarif Rp 25.000. Sedangkan untuk kelas VIP bisa mencapai Rp 250.000; per orang. Untuk kelas ekonomi biasanya ditempatkan disisi kanan atau kiri panggung, dengan kursi yang terbuat dari batu-batuan yang disusun berderet. Memang bukan spot yang bagus untuk melihat pertunjukan karena sesekali penonton harus menengok ke kiri atau ke kanan. Sedangkan untuk kelas VIP ditempatkan ditengah panggung sehingga mendapatkan view yang nyaman dan juga mendapatkan tempat duduk yang nyaman.

Kebetulan salah satu teman saya tergabung dalam salah satu kelompok wayang orang yang secara rutin ikut berpartisipasi dalam pertunjukan Ramayana tersebut. Saya berkesempatan untuk ikut masuk dan menyaksikan persiapan para artis sebelum mereka tampil. Seperti biasa,teman saya memerankan seorang penari yang akan menemani sang tokoh utama Shinta ketika sedang ditawan oleh Rahwana. Sedangkan kakaknya berperan sebagai kijang kencana yang merupakan jelmaan dari anak buah Rahwana. Para artis tersebut ditempatkan di satu ruangan. Mereka saling bantu membantu dalam persiapan tersebut. Didalam ruangan tersebut para artis terlihat sibuk mempersiapkan penampilan mereka. Rata-rata mereka memake-up riasan mereka sendiri. Para artis juga menyiapkan kostum mereka sendiri. Mereka mengenakan kostum tradisional mulai dari kostum penari, raja, puteri, raksasa, bahkan sampai kostum kera yang diperankan oleh orang dewasa sampai anak kecil pun ikut terlibat dalam pementasan Ramayana ini.

Sebelum duduk dikursi penonton, saya menyempatkan diri untuk menikmati megahnya Candi Prambanan yang berada dibalik panggung pementasan Ramayana. Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. Candi Prambanan tampak sangat megah dan sinar-sinar lampu yang ada disekitar candi semakin menambah daya pikat Candi Prambanan.

Pukul 19.30 para penonton mulai menempati kursi-kursi yang disediakan karena pertunjukan akan segera dimulai. Lampu-lampu mulai diredupkan. Tampak pemandangan Candi Prambanan dibelakang panggung yang membuat pemandangan tampak semakin megah. Disisi kanan dan kiri panggung terdapat para penabuh gamelan dan sinden untuk mengiringi pementasan tersebut. Selain itu disisi kanan panggung terdapat tembok kosong yang digunakan untuk menampilkan narasi dalam bahasa Inggris yang digunakan sebagai panduan para turis asing dalam memahami cerita yang sedang berlangsung.

Penggunaan teknologi multimedia sebagai penunjang pementasan tersebut memang masih minim. Karena hanya menggunakan tembok, tulisan yang ditampilkan menjadi tidak terlihat secara jelas. Sebaiknya digunakan media yang lebih baik sehingga para penonton bisa melihat tulisan narasi tersebut dengan lebih jelas, seperti menggunakan layar LCD Proyektor putih dibanding menggunakan tembok yang diletakkan disisi kanan panggung. Pada awal pementasan dibuka oleh 2 orang MC yang akan menceritakan awal mula cerita dari Sendratari Ramayana yang dibawakan dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun ada baiknya pemakaian bahasa Inggris juga diimbangi dengan pelatihan dalam penggunaan bahasa Inggris. Karena saya perhatikan ada beberapa kosakata bahasa Inggris yang diucapkan kurang sesuai dengan pengucapan yang seharusnya.

Untuk pemunculan para tokohnya, sebagian besar muncul dari belakang panggung atau sisi kanan dan kiri panggung. Namun dibeberapa bagian ada pula tokoh-tokoh raksasa yang muncul dari antara tempat duduk penonton yang semakin menambah menarik pertunjukan tersebut. Penonton dibuat terkejut dengan munculnya beberapa tokoh disela-sela tempat duduk mereka. Para penarinya juga terlihat sangat gemulai dalam membawakan tarian. Para raksasa juga terlihat perkasa ketika membawakan tariannya saat sedang berperang. Para kera juga menari dengan sangat energik. Bagian yang paling menarik adalah ketika Anoman membakar istana Rahwana. Panggung sudah dilengkapi dengan banyak jerami, dan ketika Anoman mulai menyulutkan api dijeramin tersebut, lampu-lampu panggung dimatikan agar nyala api terihat semakin nyata. Ketika semua jerami terbakar, panggung menjadi sangat terang dengan nyala api yang berkobar-kobar. Pemandangan menjadi semakin menarik.

Sekitar pukul 22.00 pertunjukkan berakhir dan para tokoh memberi salam dengan berkumpul bersama ditengah panggung dan membungkukkan badan mereka sebagai rasa terima kasih atas kedatangan para penonton. Setelah itu saya juga berkesempatan untuk berfoto bersama para tokoh. Walaupun harus berebut dengan banyak penonton laiinya namun hal itu adalah moment langka yang harus dinikmati sebaik mungkin. Rasanya sangat bangga sekali ketika bisa mengambil foto dengan para seniman tari seperti mereka. Kesenian ini harus tetap dilestarikan dan dijaga agar tidak hilang oleh arus kebudayaan modern yang semakin merajalela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun