Soal pilihan ganda tampaknya mudah untuk dikerjakan, dan sekalipun tidak tahu jawabannya, mahasiswa dapat asal memilih salah satu jawaban yang dianggapnya benar. Namun ternyata kemudahan ini memberikan dampak mentalitas asal-asalan bagi mahasiswa. Dengan mengerjakan soal seperti ini mereka terbiasa menganggap enteng suatu permasalahan dan tidak mau berpikir panjang, atau bahkan tidak mau berpikir sama sekali. Hal ini sangat berbahaya bagi masa depan generasi bangsa.Â
Sebelum berbicara lebih jauh, sesuai dengan pengalaman saya, saya melihat bahwa pilihan ganda membuat prestasi mahasiswa menurun. Ketika mengerjakan soal pilihan ganda dari segi waktu memang mereka cepat mengerjakannya, tapi dari segi nilai banyak sekali mereka yang tidak lulus atau tidak mencapai standar yang telah ditentukan. Berbeda dengan soal essay atau uraian, walaupun dari segi waktu memang mereka lebih lama mengerjakannya, namun nilai yang mereka peroleh lebih memuaskan. Jadi, soal essay lebih memacu prestasi mahasiswa dibandingkan dengan pilihan ganda.
Maka dari itu, sudah seharusnya para guru dan dosen tidak memberikan soal pilihan ganda kepada siswa dan mahasiswanya. Bukan sekedar menaati kurikulum yang ada, namun efek yang diakibatkan oleh pilihan ganda ini yang seharusnya diperhatikan, baik efeknya bagi prestasi maupun bagi mentalitasnya.Â
Menurut seorang Filsuf Yunani Kuno bernama Aristoteles (384-322 SM) pendidikan adalah proses untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan manusia. Pendidikan harus bertujuan untuk mempersiapkan manusia untuk hidup di masyarakat. Pendidikan bukan sekedar untuk mendapatkan nilai/ prestasi akademik, melainkan untuk mencapai masa depan yang cerah, yaitu kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Hal ini selaras dengan pepatah Latin yang mengatakan, "Non scholae, sed vitae discimus, yang artinya "Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup".Â
Dalam kerangka berpikir filosofis di atas, Ujian akademik yang diberikan kepada mahasiswa bertujuan bukan sekedar untuk lulus kuliah/ mendapat gelar sarjana, tetapi untuk mempersiapkan mereka menghadapi ujian hidup dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari. Bayangkan jika sejak dini mereka sudah asal-asalan dalam menghadapi ujian ini, maka mentalitas yang sama juga akan terbawa dan terbentuk jika mereka sudah bekerja dan berbaur dengan masyarakat umum. Sesuatu yang dikerjakan dengan asal-asalan, tanpa berpikir panjang atau bahkan tanpa berpikir sama sekali pasti akan mendapatkan hasil yang tidak maksimal, kurang memuaskan dan bahkan buruk.Â
Sebagai ganti dari soal pilihan ganda, yang sudah seharusnya ditinggalkan di zaman sekarang ini, adalah soal essay, makalah, atau lisan. Dengan metode ini mahasiswa diajak untuk sungguh-sungguh berpikir, mampu mengekspreasikan pengetahuan mereka melalui argumen atau penjelasan yang rasional. Di situlah kemampuan mahasiswa dapat diukur, seberapa jauh mereka memahami dan menguasai materi yang sudah diberikan, seberapa jauh mereka mampu mengungkapkan pengetahuan ini dalam bentuk tulisan atau lisan, dan seberapa serius mereka dalam belajar. Penilian-penilian ini tereduksi dan menjadi kabur akibat pilihan ganda, yang mudah bagi mahasiswa dalam mengerjakannya dan mudah juga bagi dosen untuk mengoreksinya, namun akibatnya fatal bagi mentalitas anak bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H