Dalam sebuah evaluasi yang diberikan oleh mahasiswa kepada dosennya, terlontar kata-kata ketidaksetujuannya dengan metode mengajar dari dosen tersebut, karena dosen itu sering bertanya dan mengajak mahasiswanya untuk berpikir saat perkuliahan berlangsung. Lantas siapa yang salah? Dosen yang selalu bertanya dan mengajak mahasiswanya untuk berpikir? Atau mahasiswanya yang malas untuk berpikir dan menjawab pertanyaan dari dosen tersebut?
Berbicara tentang bertanya dan berpikir, saya teringat dengan seorang filsuf dari Perancis bernama Descartes, yang pernah mengatakan, "Cogito ergo sum" yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi "Aku berpikir maka aku ada". Benarkah demikian?
Sejarah umat manusia telah membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang berpikir, dan karena pemikirannya maka manusia bisa berkembang maju dari zaman batu hingga menjadi zaman teknologi dengan segala kecanggihannya. Bayangkan saja jika manusia malas berpikir maka kita masih hidup di zaman batu sampai sekarang dan akan selalu berada dalam masa kegelapan karena tidak ada listrik, yang menjadi hasil dari pemikiran manusia.Â
Keberadaan kita sekarang, kenyamanan yang kita nikmati saat ini dan semua fasilitas yang ada, semuanya berkat pemikiran manusia yang tiada henti-hentinya. Maka benarlah perkataan filsuf yang hidup pada tahun 1596 -- 1650, bahwa ketika kita berpikir, maka eksistensi kita akan diakui oleh dunia. Hidup dan keberadaan kita bermakna sejauh kita masih bisa berpikir dan menciptakan sesuatu yang baru dan bermakna dari pemikiran kita.Â
Oleh karena itu, bagi semua orang yang membaca tulisan ini, marilah kita rajin untuk berpikir dan jangan malas untuk berpikir, sebab apapun pemikiran kita pasti menjadi sumbangsih yang berguna bagi kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat kita.Â
Sekali lagi kukatakan,
"Aku berpikir maka aku ada".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H