Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketulusan Hati Bukan Hubungan Timbal Balik

10 Maret 2023   00:35 Diperbarui: 10 Maret 2023   00:45 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kasih dan ketulusan hati seorang ibu. Sumber: https://www.istockphoto.com/id/vektor/kartun-lucu-manis-ibu-memeluk-bayi-vektor-gm1203173329-3

Waktu aku masih kecil, aku sering menyanyi lagu "Kasih Ibu". Lirik dari lagu ini begitu mendalam maknanya. Dari lagu ini aku belajar apa artinya ketulusan hati.

Ketulusan hati itu memang nampak nyata dalam kasih ibu kepada anaknya. Kasihnya tak terhingga sepanjang masa. Ketulusan hati digambarkan secara nyata dalam lirik lagu ini: "Hanya memberi tak harap kembali." Itulah makna sejati dari ketulusan hati. 

Seperti judul dari tulisan ini: "Ketulusan hati bukan hubungan timbal balik". Itulah yang dilakukan oleh seorang ibu, yang tulus mencintai anak-anaknya. Dia tidak mengharapkan balasan apapun dari anaknya. Dia total memberikan kasih sayangnya kepada anaknya tanpa menuntut balas jasa dari anaknya. 

Seorang Filsuf Perancis bernama Emmanuel Levinas juga pernah membahas tentang ketulusan hati seperti yang dilakukan oleh seorang ibu kepada anak-anaknya. Levinas menyebut relasi ini sebagai relasi yang asimetri. 

Simetri adalah istilah matematik untuk menggambar keseimbangan antara dua objek kiri dan kanan. Misalnya segitiga yang memiliki bentuk simetri, dlsb. Dalam konteks relasi sosial, simetri ini adalah hubungan timbal balik. Saling memberi dan menerima satu sama lain.

Namun, asimetri adalah lawan kata dari simetri. Asimetri bukan hubungan timbal balik. Jika aku mengamalkan relasi asimetri, maka aku hanya bisa memberi tanpa berharap untuk menerima. Relasi asimetri ini hanya bisa terjadi jika ada ketulusan hati. 

Tentu saja dalam kehidupan sehari-hari sulit untuk mempraktekkan relasi asimetri ini. Mungkin hanya seorang ibu yang bisa melakukannya? Atau seorang ayah? Atau seorang saudara/i kandung? Atau mungkin juga seorang sahabat? 

Bagaimanapun sulitnya ketulusan hati  tetap menjadi sesuatu yang penting dan bernilai tinggi dalam kehidupan ini. Ketulusan hati tetap diperlukan dalam kehidupan yang penuh persaingan dan mengutamakan hubungan timbal balik. Ketulusan hati yang telah mendidik dan membesarkan kita hingga saat ini. Maka,  seharusnya kita juga meneruskan ketulusan hati ini dalam relasi sosial dengan orang lain. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun