Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membongkar Kemunafikan

5 Maret 2023   22:30 Diperbarui: 5 Maret 2023   23:13 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia dengan segala keangkuhan dan kerapuhannya tidak bisa lepas dari kemunafikan. Kemunafikan ini bak topeng yang menutupi sifat asli seseorang, sehingga nampak baik di luar, tetapi buruk dan busuk di dalam. Polesan senyum, sapaan yang ramah, dan bantuan yang diberikan oleh seseorang belum tentu tulus dari dalam hati dan dirinya. Bisa saja itu adalah topeng kemunafikan. Siapa yang tahu?

Hanya orang yang pernah hidup di atas singgasana dunia dan kemudian mengalami hidup melarat, miskin, menderita dan tersingkirlah yang bisa membedakan mana orang yang tulus dan mana orang yang munafik. 

Saat kita berada di atas dengan segala kehormatan, kekayaan, dan kekuasaan, semua orang akan menghormati kita, ramah kepada kita, dan mau membantu kita. Namun, ketika kita jatuh melarat, miskin dan menderita, serta kehilangan jabatan dan kekuasaan, banyak orang yang menjauhi kita, mencela, menghina, membenci, dan menghakimi kita. Itulah ciri-ciri orang yang munafik. 

Berbeda dengan orang yang tulus. Baik di saat kita sukses maupun gagal, sehat maupun sakit, bahagia maupun menderita, mereka tidak akan pernah berubah sikapnya terhadap kita. Orang yang tulus akan tetap peduli kepada kita dalam situasi apapun dan mereka tidak akan pernah berubah dalam menjalin relasi yang baik dengan kita.  

Seperti lagu Peterpan, "Buka dulu topengmu". Itulah pesan yang amat penting bagi orang yang munafik, agar mereka  membuka dan membuang topeng kemunafikan itu. Tidak ada gunanya bersikap munafik. Hiduplah apa adanya sesuai dengan keaslian diri kita dan jadilah orang yang tulus hati.

Dalam menjalin relasi dengan orang lain kita harus menjadi orang yang tulus hati dan bukan menjadi orang yang munafik. Aku yakin agama apapun di dunia ini menolak dan mengutuk kemunafikan. Jadilah orang yang tulus hati dan apa adanya. Bagaimana pendapat Anda? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun