Mohon tunggu...
Vinsensius SFil
Vinsensius SFil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sarjana Filsafat

Suka membaca dan menulis yang bermanfaat bagi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Membuat Orang Menjadi Ateis?

2 Maret 2023   22:31 Diperbarui: 3 Maret 2023   00:42 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ateis. Sumber: https://id.quora.com/

Sering kali orang beranggapan bahwa belajar Filsafat dapat membuat orang menjadi ateis. Akibatnya, orang takut untuk belajar Filsafat. Ada juga yang mengatakan, "Kalau seseorang mau belajar Filsafat harus kuat imannya, supaya tidak menjadi ateis." Apakah teori ini benar? Apakah benar Filsafat membuat seseorang menjadi ateis? Dan apakah benar kita harus memiliki iman yang kuat baru boleh belajar Filsafat? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang ingin aku bahas dalam tulisan ini. 

Mari kita mulai dari akar kata "Filsafat". Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu "philosophia",yang terdiri dari dua kata, yakni:  "philein" yang berarti mencintai, dan "sophia" berarti kebijaksanaan. Jadi "Philosophia" itu berarti: Cinta akan Kebijaksanaan. Maka, sebenarnya, seorang Filsuf adalah orang yang mencintai kebijaksanaan, dan setiap orang yang belajar Filsafat berarti belajar untuk mencintai kebijaksanaan. 

Nah, dari asal katanya saja tidak ada kaitannya dengan ateis. Kok bisa ya orang mengatakan belajar Filsafat itu membuat seseorang menjadi ateis? Dari mana asal mula teori itu? 

Memang kebijaksanaan itu berkembang seiring perkembangan zaman. Makanya ada Sejarah Filsafat dari Yunani Kuno sampai dengan zaman now (kontemporer). Kebijaksanaan juga dipengaruhi oleh budaya setempat yang sudah mengakar kuat selama berjuta-juta abad. Makanya ada Filsafat Barat dan Filsafat Timur. Dan serunya pertualangan intelektual dari para Filsuf ini, yang tampaknya saling menyerang satu dengan yang lain, sebenarnya adalah sebuah usaha untuk menemukan kebijaksanaan yang sesuai dengan zamannya. 

Sekarang kembali lagi ke pembahasan tentang "ateis". Memang tidak bisa dipungkiri ada filsuf tertentu yang pemikirannya mengarah pada ateis. Namun tidak semua Filsuf demikian. Kita tidak bisa menyamaratakannya dan berkesimpulan bahwa semua Filsuf itu ateis, hanya karena beberapa Filsuf yang ateis. 

Namun, aku mau memberikan analogi yang mudah dipahami tentang Filsafat dan ateis ini, yaitu dengan analogi warung dan toko. Warung makan pasti menjual makanan dan minuman. Tidak mungkin kita mau membeli peralatan elektronik di warung makan, pasti kita akan ditertawakan oleh penjaga warung itu. Demikian pula Toko Elektronik menjual segala perlengkapan elektronik. Tidak mungkin kita mau membeli makanan dan minuman di Toko Elektronik. Nanti kita dikira lagi mabuk, wkwkwk. 

Demikian pula Filsafat membahas segala sesuatu yang berkaitan dengan manusia dan pemikirannya. Berbeda dengan Teologi yang membahas tentang Tuhan dalam sudut pandang agama masing-masing. Maka, sebenarnya Filsafat tidak berurusan dengan teori tentang Tuhan, karena itu adalah ranahnya Teologi. (Sama seperti analogi warung di atas: setiap warung menjual produknya masing-masing, dan setiap ilmu memiliki objek kajiannya masing-masing). Karena tidak membahas tentang Tuhan, maka tentu saja Filsafat tidak akan membuat seseorang menjadi ateis, dong. 

Maka, belajar Filsafat itu tidak memerlukan iman. Berbeda dengan belajar Teologi yang mutlak memerlukan iman, karena berbicara tentang Tuhan dan ajaran-Nya. Yang diperlukan dalam belajar Filsafat adalah Akal Budi yang rasional. Dengan belajar Filsafat, kita melatih pikiran kita untuk berpikir secara rasional atau masuk akal dan kritis dalam ukuran manusia. Dengan pikiran yang rasional dan kritis itu, maka kita akan menemukan pencerahan, yang mengantar kita kepada kebijaksanaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun