Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Reflektif: Bukan Cuma Daun Saja

28 Juli 2024   10:47 Diperbarui: 28 Juli 2024   10:51 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokpri. Buahyang diharapkan)

(By Al Hayon)

TEMBANG  Ebiet G. Ade dengan judul, "Berita Kepada Kawan," pernah tenar di  seantero Nusantara. Lirik  tembangnya jelas melukiskan suatu perjalanan hidup di tanah kering bebatuan, dan terasa sangat menyedihkan. 

Hidup seorang anak yatim piatu kehilangan bapak ibu karena ditelan bencana. Ia ditinggalkan sendiri terpaku menatap langit.

Tembang reflektif ini bagai menyibak nurani siapa pun yang mendengarnya untuk bermenung tentang kehidupan. Bahwa perjalanan hidup kadang melelahkan  dan sejumput harapan membentang ke depan lewat tanya, "Barangkali di sana ada jawaban."

Jawaban yang sangat dirindukan tentunya  untuk membuka tabir sebab-musebab bencana. Namun tak ada yang sanggup menjawabnya. Hanya ada dugaan, bahwa "Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau Allah mulai enggan bersahabat dengan kita. 

Candraan Ebiet G. Ade dalam tembang itu dapat dianalogikan dengan kisah reflektif  biblis yang dikemas Pengkisah Markus (bdk. Markus 11:12-14) di bawah topik; "Yesus mengutuk pohon ara." 

Terbaca di sana kisah perjalanan Sang Tokoh Cerita dari Betania (sepertinya ke Yerusalem)  bersama murid-murid-Nya, dan di tenngah perjalanan, Ia merasa lapar.

Harapan satu-satunya untuk membunuh rasa lapar kala itu adalah manakala menjumpai pohon Ara, lalu  mencari kalau-kalau  pohon ara itu ada buahnya. "Barangkali di sana ada jawaban."  Sang Tokoh Cerita kemudian mencari buah dari pohon arah itu tetapi tidak menemukan satupun buah di sana.

Karena tidak menemukan, reaksi/respon Sang Tokoh Cerita begitu keras (Mrk. 11:14). Katanya, "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selamanya." Respon keras terlontar dengan nada kecaman demikian karena hanya dijumpai di pohon ara itu "cuma daun-daun saja". Secara tekstual diketahui, bahwa "Memang pada waktu itu belum musim pohon Ara  berbuah."

Karena tidak memenuhi harapan maka pohon arah ini dikecam seperti ada kesalahan besar. Namun candraan biblis di atas mengajak kita, siapapun dia untuk memahami teks ini degan benar sehingga bisa mengetahui maksud tersembunyi dari "kecaman" Sang Tokoh Cerita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun