(By Al Hayon).
      Musim kemarau sudah beberapa bulan mulai, sehingga cuaca terasa panas. Di belahan Indonesia lain masih terus turun hujan di musim ini. Di wilayah ketinggian dari permukaan laut, beberapa daerah di wilayah kami masih juga didatangi hujan. Â
Saudara-saduaraku di daerah pantai punya cerita sendiri. Mereka bilang: "Gelombang laut tinggi disertai angin kencang. Udara dan cuaca di siang hari panas sekali. Malamnya  dingin karena pengaruh angin pegunungan bertiup ke pantai.  Ya, risikonya, hasil tangkapan kami di laut menurun drastis, dan sudah jelas pengaruhnya ke dunia pasar: "Harga ikan meningkat dua kali lipat dari harga biasa."
      Cerita kawan dari pegunungan, tidak beda; "Situasi malam dan siang hari di daerahnya, pada hari-hari sebelumnya, berubah drastis. Kalau cuaca tidak sedang angin kencang berarti hujan lebat, dan sebaliknya.  Tidak hanya itu, malam hari dingin sekali, berkisar 12-16 derajat Celsius.
Untuk yang merasa nyaman dengan keadaan itu, semua jadi indah. Tetapi bagi yang tidak biasa, keadaan itu merusak fisik. Flu mudah datang. Selimut tidur serasa basah sampai di pagi hari. Aktivitas harian mandeg. Kulit mengkerut dan daun telinga menjadi kecil sekali," Â ungkap Arwadi Lay, karibku dari pedalaman.
Ini anomali musim yang terjadi seminggu lalu, tidak untuk hari-hari ini. Sekarang suhu panas meningkat naik di siang hari, disertai tiupan angin sedikit kencang. Malam hari keringatan.
Ketika pagi, pada pukul tujuh lewat sedikit, matahari begitu polos menyinari dari arah timur, dan beberapa menit kemudian kulit diserang panas membakar. Wajah terasa panas dan pandangan mata menjadi silau.
Ya, siang hari panas dan silau. Di kendaraan-kendaraan, di pasar-pasar, di atas roda dua sepanjang jalan, banyak yang menggunakan masker karena takut diserang debu panas. Di mata bertengger "Kaca Mata Rayben"; gelap dan setengag gelap. Asyik sekali kelihatannya.
Pemandangan yang terakhir ini menarik. Hampir kujumpai dua, tiga bahkan lebih orang mengenakan kaca mata rayben. Bahkan selain menggunakan kaca mata rayben, mereka juga masih menggunakan masker untuk mulut dan hidung, juga pelindung kepala; topi atau shal.
Siang itu terik sekali. Melalui medsos, saya mendapat kirminan foto-gambar sahabat saya yang sedang berpose  lengkap dengan topi dan kaca mata rayben. Gayanya keren. Gambar itu diambil saat sedang santai, setelah menempuh beberapa ratus meter berjalan kaki di bawah terik matahari.
Tanyaku, pada sahabat, Maria Anneliese: "Mengapa gunakan kaca mata rayben ketika bepergian ?" "Di sini panas," Â balasnya sontak di medsos. "Ya, Â jaga mata, dan karena penglihatanku silau di siang begini, jika tanpa kaca mata rayben, aku tak leluasa memandang jauh." Â Memang betul untuk melindungi matanya, sahabatku mengenakan kaca mata rayben. Kaca Mata Hitam.
Kiranya dengan mengenakan Kaca Mata Hitam, segala sesuatu yang dilihat menjadi asri dan menawan. Â Mata menjadi sejuk, dan lawan bicara yang diajak ngobrol tidak kikuk karena bola mata pemakai kaca mata, tidak kelihatan oleh lawan bicara. Yakin, bahwa yang kenakan Kaca Mata Hitam tidak sedang melihat tempat lain saat bicara.
Richard, temanku dari Australia. Ia mengenakan Rayben gelap yang digantungkan pada kaca mata plusnya. "Ya di sini panas", katanya padaku. Â Kaca mata gelap ini 'good' untuk mata, jika dipakai di siang terik ini. "Lipatan mata saya, retina dan kornea mata saya terlindung," sambungnya.
Benar, bahwa mata harus di jaga. Mata adalah jendela tubuh. Dengan mata yang sehat kita dapat melihat segala hal. Segala yang Tuhan ciptakan: "Keindahan alam, dan pesonanya yang menawan, sedang di hadapan kita.
Keajaiban dunia, kemolekan senjah dan fajar pagi, gemulainya pergerakan putra dan putri cahaya, teriknya siang dan hembusan debu yang menari berputar ke udara" hanya disaksikan oleh mata yang terlindung kaca mata rayben. Karena itu, supaya jangan matamu menjadi rusak, kita membantunya dengan menggunakan Kaca Mata Hitam di siang yang terik.
Saya juga suatu ketika bertanya kepada Dyah, sahabat di sampingku. Ia punya beberapa kaca mata hitam dalam berbagai model. Ia gunakan saat berkendaraan ke tempat kerja. Â Tanyaku, "Apa gunanya?" "Apa tidak merepotkan karena harus membawa kaca mata lain untuk keperluan kerja?"
"Tidak," jawabnya. Kaca mata hitam untuk tahan cahaya. Menahan debu sehingga tidak langsung masuk ke mata. Ya, tidak melihat matahari dengan mata telanjang. Kaca Mata Hitam di siang panas, bagi Dyah punya peran sangat penting untuk mata.
Benet, si boca lincah itu juga suka kenakan kaca mata hitam. Bennet, tidak bedanya dengan Mario. Ya selain untuk keren-kerenan, kesan gantengnya dapat, dan lebih gaya. Â Ya, rayben hitam bagi mereka yang masih belia ini, sangat membantu penglihatan di tempat yang terang benderang.
Penglihatan jadi sejuk dan mempesona. Seperti memotivasi anak-anak seusia mereka untuk ikut  mengenakan Kaca Mata Hitam untuk melindungi mata mereka dari debu dan cahaya berlebihan. Bila perlu ketika asyik dengan gadjed.
Bagi yang dewasa, mengenakan Kaca Mata Hitam punya tujuan lain juga, di antaranya sangat membantu untuk "mengatur pergerakan bola mata," ketika berada di tempat-tempat yang ramai. Saat ini, beberapa tempat umum sangat mempesona.
Saksikan saja, di lokasi wisata pantai; banyak yang 'ber-bikini' sedang  bebas berjemuran. Atau di pemandian umum; kolam atau di danau alam. Kaca Mata Hitam amat membantu agar tidak kedapatan sedang melotot.
Asyik dan manusiawi jika mengenakan Kaca Mata Hitam. Ada alasan filosofisnya. Menurut Teresa Francisco, mengenakan Kaca Mata Hitam memungkinkan pemakainya "menatap orang tanpa ketahuan." Kalau Karl Lagerfeld; "Kaca Mata Hitam itu seperti eye shadow. Ia membuat segalanya terlihat lebih mudah dan cantik," (mengutip tulisan dari Stefan, misionaris di Eiken Swiss).
Munkingkah ada pendapat tersebunyi bagi pemakai Rayben Hitam, seperti  Maria Anneliese, Bennet dan Dyah, Mario ? Bagaimana menurut kalian ?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H