Paham-pandangan yang mengutamakan kekuatan nalar di satu sisi dan/ atau res-fakta di sisi lain, teraplikasi juga pada kehidupan dan perbuatan manusia. Akibatnya akan hadir banyak dalil untuk sampai kepada keputusan benar atau salah.
Walau demikian adanya (sering terjadi), namun tatkala kebenaran yang mendasari diri pada ranah nurani-afeksi maka ekspresi eksternalnya selalu kebenaran, dan dengan mudah dibuktikan.
Dalam koridor ini kebenaran adalah kesesuaian antara res, intelectus yang didasarkan pada nurani-afeksi murni dan sesuai res-fakta dan teraplikasi dalam tindakan atau perbuatan manusiawi yang benar kemudian diakui, serta diterima sebagai kebenaran.Â
Kebenaran yang demikian karena telah terjadi persesuaian. Dengan demikian tidak ada lagi dalil kemanusiaan, soal waktu, pertimbangan akan second reality untuk menenggelamkan kebenaran. Kebenaran demikian ada seketika tatkala ada kesesuaian antara dua hal internal dalam pribadi manusia dengan satu hal eksternal. Selain itu hanya ada "salah."
Muara dari kebenaran dalam kehidupan konkret adalah berdasar kuat pada pernyataan terakhir di atas itu sehingga ketika nurani-afeksi dan budi-intelectus sesuai dengan res-fakta-obyek maka yang diekspresikan adalah, "Ya," katakan "ya", dan "tidak," katakan "tidak."
Ekspresi pernyataan seperti di atas lantas disebut "jujur" atau "kejujuran." Berkaitan dengan jujur, kejujuran (berkata/berlaku) diyakini sesungguhnya sebagai produksi dari budi-intelektus dengan dasar pijak pada nurani-afeksi seorang pribadi dan sesuai dengan res-fakta-obyek.
Sehingga apapun yang berkaitan dengan ketidakjujuran atau membohongi  kebenaran akan ketahuan, dan nampak pada ekspresi bagian tubuh yang lain. Lantas terkategori salah.
Setelah memahami kebenaran dan sikap ekpresifnya dalam pernyataan jujur (berkata/ bertindak jujur) maka akan sejalan dan sesuai pikiran dari Amzal, bahwa: "Orang jujurlah yang akan mendiami tanah, dan orang yang tak bercela juga akan mendiami tanah. Â Tetapi orang fasik akan dipunahkan dari tanah itu, dan pengkhianat juga akan dibuang dari situ."
Arti lebih lugas dari paham Amzal di atas seperti ini; "Kejujuran orang jujur, akan layak mendiami bumi sedangkan bagi yang berkata bohong mereka akan ditiadakan dari bumi." Â Karena itu bagi species homo sapiens, hanya ada ajakan: "Mari, berkata jujur dan berlaku jujur untuk kebenaran." ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H