Mohon tunggu...
Vino Warsono
Vino Warsono Mohon Tunggu... -

Kelahiran 30 Juni/5 Sya'ban 1399 di Kaplongan Lor, Karangampel, Indramayu. Pernah diterima kuliah di Sospol UNDIP Semarang dan kuliah Bisnis di UNTAG Cirebon. Pernah bergabung dalam partai PPP & PAN. Pernah memimpin beberapa Ormas (Islam & Umum). Pernah aktif menulis Sastra untuk Majalah Muslimah, Mitra Dialog Cirebon-Pikiran Rakyat Group, dan Cirebon FM (2001-2004). Pernah bekerja sebagai Waiter, Pramuniaga, dan menjadi seorang Manager di sebuah Perusahaan Retail Swasta Nasional. Sekarang sedang membangun sebuah usaha dalam bidang Olahraga (Vino Sportainment Store) sebagai seorang Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kelangkaan BBM di Indramayu, Sebuah Ironi Kawasan Pengolahan Minyak Terbesar di Asia Tenggara

23 Juni 2011   06:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah ironi besar sedang terjadi di sebuah daerah yang bernama Indramayu. sebuah ironi karena memiliki kilang pengolahan minyak yang katanya terbesar di kawasan Asia Tenggara, akan tetapi nyatanya sudah satu pekan ini mengalami kelangkaan Bahan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pepatah lama yang mengatakan "Tikus mati di lumbung padi" rupanya benar adanya. Dan ini terjadi di sebuah kawasan terbesar pengolahan minyak (BBM) se-Asia Tenggara. Balongan-Indramayu

Ya... Indramayu adalah sebuah ironi dari sebuah sistem pemerintahan yang salah urus. Lantas Masyarakat harus mempercayakan kepada siapa lagi untuk mengurus semua ini???

Hendaknya aparat dan pihak yang bertanggung jawab dalam masalah ini, bertindak secara cepat dan tegas, terhadap oknum yang diduga menimbun 'Emas Hitam' ini, agar kelangkaan Bahan Bakar Minyak di Indramayu ini segera dapat terselesaikan.

Untuk melengkapi informasi ini, harga premium di tingkat pengecer sudah mulai melambung tinggi, berkisar Rp. 6.000 - Rp. 15.000. Dan tentunya hal ini mengakibatkan harga jasa dan barang ikut melonjak. Sebagai salah satu contoh sederhana saja adalah biaya cuci motor, yang biasanya dipatok harga Rp. 5.000 - Rp. 6.000 sekarang sudah mencapai kisaran Rp. 7.000 - Rp. 10.000. Pengusaha cuci motor beralasan Premium susah didapat, dan kalaupun ada di pengecer harganya selangit.

Oh... Nestapanya Bangsaku, Negeriku (sang Koruptor menari riang gembira menyanyikan lagu kemenangan...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun