Mohon tunggu...
Vinna Angela Wullur
Vinna Angela Wullur Mohon Tunggu... -

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Plastik Tak Berguna Jadi Minyak Tanah

8 Juli 2014   12:22 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:03 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh dunia kita. Semakin hari, volume sampah semakin bertambah, begitu pula masalah yang ditimbulkannya. Masalah kesehatan, lingkungan hidup, dan banyak lagi. Hal ini membuat manusia tergerak untuk mengatasi masalah sampah yang kian lama kian meresahkan. Saat ini, semakin banyak gerakan manusia dalam mengatasi masalah sampah agar bumi kita bersih.Seiring berkembangnya zaman, manusia semakin berfikir inovatif. Begitupula pemikiran manusia untuk mengatasi masalah sampah. Selain menyelesaikan masalah kesehatan dan membuat lingkungan hidup, banyak orang memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis tinggi.

Gerakan pemilahan sampah sedang digalakan. Fungsinya agar mudah didaur ulang. Sampah dipisahkan antara sampah organik dan non-organik. Sampah organic bisa diubah menjadi pupuk, dan sisanya bisa dipendam dan diuraikan oleh tanah. Sampah non-organik yang paling banyak dihasilkan oleh manusia adalah sampah plastik. Sampah jenis ini tidak bisa diuraikan oleh tanah, sehingga kian lama kian menumpuk. Bagaimana mengatasinya ?

Guna membantu mengatasi masalah sampah, baru-baru ini sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan sosialisasi di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tambun Selatan, Bekasi. Sosialisasi yang dilakukan berjudul “ Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak Tanah”. Bagaimana sampah plastik tak berguna bisa diubah menjadi minyak tanah ?

Tujuan utama dari gerakan ini adalah mengurangi sampah plastik di desa tersebut. Namun yang menarik, sampah plastik tersebut diubah menjadi minyak tanah. Terinspirasi dari alat pengubah sampah plastik menjadi minyak tanah yang dibuat oleh siswa smk di Ngawi,Heru, ketua kelompok PKM ( Program Kreativitas Mahasiswa) UNJ berinisiatif melakukan kegiatan sosialisasi ini. Dilakukan beberapa modifikasi alat agar lebih mudah dibuat dan harga pembuatannya lebih murah.

Alat pengubah sampah plastik menjadi minyak tanah ini terdiri atas tiga bagian. Tungku pembakaran , wadah pemanas, dan tabung pendingin. Tungku pembakaran digunakan untuk memanaskan wadah pemanas. Bahan bakar yang digunakan adalah serbuk kayu yang dipadatkan. Wadah pemanas digunakan untuk melelehkan sampah plastik menjadi uap. Wadah pemanas bisa berupa kaleng bekas yang mudah didapatkan. Lalu tabung pendingin berfungsi sebagai tempat pengubah uap uap hasil pemanasan plastik menjadi cairan. Tabung pendingin dibuat dari tabung Freon bekas yang diisi air dan es batu . Cairan yang keluar dari tabung pendingin adalah minyak tanah.

Hampir keseluruhan alat dibuat dari limbah. Cara mengoperasikan alat dan mengolah sampah plastiknya pun mudah sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya.Tungku pembakaran yang berbahan dasar serbuk kayu yg dipadatkan, diberikan blower. Sehingga api yang dihasilkan dapat lebih maksimal dibanding tungku kayu biasa. Satu kali proses pengolahan satu kilogram sampah plastik, dihasilkan kurang lebih 700 ml minyak tanah.

”Kegiatan sosialisasi ini disambut antusias oleh warga desa dan mereka ingin melanjutkan kegiatan ini nanti”, ujar Baha salah satu anggota kelompok PKM. Kegiatan ini menjadi salah satu contoh yang dapat kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah. Cukup mudah, lingkungan bersih, dan bernilai ekonomis. Bayangkan, sampah plastik pembawa masalah diubah jadi minyak tanah. Minyak tanah yang dihasilkan dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Menghidupkan semangat masyarakat untuk mengubah lingkungan memang tidak mudah, tapi kegiatan tersebut membuat kita percaya bahwa setiap manusia punya peran untuk dapat mengubah dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun