Mohon tunggu...
Money

Meraih Kebebasan Finansial Dengan Strategi Alokasi Aset (Bagian 1)

8 Juni 2016   17:12 Diperbarui: 9 Juni 2016   19:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada postingan dua seri yang pernah saya tulis yang yang bertajuk “Syarat Utama Meraih Kebebasan Finansial”, saya yakin anda yang sudah membacanya dengan penuh penghayatan pasti akan berkesimpulan sendiri bahwa intinya adalah investasi, investasi, dan investasi. Itu benar dan memang begitulah intinya. Namun, masih ada pertanyaan-pertanyaan yang lebih teknis yang belum terjawab. Kemana saya harus investasi? Apakah ada jurus-jurus khusus lagi untuk melakukannya?

Sesuai dengan tajuk topik kali ini, jawaban untuk pertanyaan tersebut adalah strategi alokasi aset yang tepat. Bagi orang-orang berpendidikan sarjana ekonomi, istilah ini bukan istilah yang baru. Namun, sebaiknya anda menganggap ini adalah sebuah hal yang baru layaknya analogi ‘setengah gelas isi atau kosong’. Karena meskipun seseorang mempunyai latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan manajemen keuangan, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang itu sudah melakukan alokasi asetnya dengan benar.

Strategi alokasi aset ini tidak mensyaratkan seseorang untuk menjadi investor yang cerdas, dan ironisnya kebanyakan investor yang cerdas cenderung akan melihat dimana ia akan menaruh uangnya untuk mendapat pengembalian besar dan makin besar. Dan itulah kesalahan terbesar yang mungkin akan dibuatnya sepanjang hidupnya. Tidak percaya? Mari kita lihat sebuah kisah nyata dari salah satu orang yang terkenal di Amerika Serikat, Karl Eller. Anda bisa membaca kisahnya dari buku-buku atau internet, tapi izinkan saya merangkumnya di sini.

Tahun 1952, Karl Eller pada awalnya adalah seorang karyawan yang bekerja 10 tahun untuk kemudian keluar dari perusahaannya setelah mempelajari pola bisnisnya dan membuka bisnis yang serupa di Arizona. Tujuh belas tahun setelahnya ia gunakan untuk ekspansi dengan cara merger, menginvestasikan uangnya untuk menggabungkan perusahaannya dengan perusahaan lain. Konglomerasinya pun menjadi sangat bernilai tinggi, dan bahkan mengembangkan Columbia Pictures untuk bergabung dengan Coca Cola. Dan pada tahun 1983, ia telah mengumpulkan $500 juta, setara dengan miliaran dollar pada masa ini.

Tidak cukup itu, ia pun mengakuisisi perusahaan Circle K di masa pensiunnya dengan menggunakan hampir semua uangnya untuk mewujudkannya. Dalam 5-6 tahun ia berhasil mengubah Circle K menjadi perusahaan toserba dan minimarket terbesar kedua di dunia, hanya setingkat dibawah Seven-Eleven. 

Terlihat menarik bukan, cara yang ia sebut dengan investasi modal pada bisnis yang bagus dan pebisnis yang berbakat? Dan tahun 1990-an, ia membangun lagi satu perusahaan besar dan dua tahun kemudian, karena sebuah kesalahan, seluruh perusahaan konglomerasinya bangkrut dan dia kehilangan semua yang sudah ia kumpulkan selama 40 tahun. Usianya pada saat itu 62 tahun, dia tak punya apa-apa lagi, bahkan dia masih berhutang $100 juta!

Bisakah anda membayangkan itu? Di usia 62, dari awalnya kelebihan uang $500 juta menjadi minus $100 juta? Apa yang salah? Dimana kesalahannya?

Karl saat itu berkata, “Masih ada waktu. Saya kembali pada apa yang saya tahu”. Ia tidak menghabiskan 40 tahun hidupnya dengan percuma. Ia belajar bahwa apa yang menjadi kesalahannya adalah tidak melakukan alokasi aset dengan bijak. Ia hanya berfokus pada investasi yang menghasilkan pertumbuhan menggiurkan dan lupa membangun benteng pertahanan mana kala ia membuat keputusan investasi berisiko yang salah.

Karl pun kembali membangun semuanya, dan pada usia ke 69 ia kembali menjadi miliuner dan benteng pertahanan finansialnya pun sudah terbentuk. Ya, ia sudah bebas secara finansial sekarang. Jangan lupakan pengalaman Karl bahwa setiap orang secerdas apa pun, sekaya apa pun, seterkenal apa pun, pasti akan pernah membuat kesalahan finansial. Dan kesalahan keputusan akan berakibat pada tidak tercapainya kondisi bebas secara finansial.

Berlawanan dengan apa yang banyak dikatakan sebagai intuisi, strategi alokasi aset membutuhkan pemikiran mekanis dan logis. “Oh, emas naik!” “Oh, harga properti naik!” “Oh, harga saham naik!”. Pernah merasakan itu dan kemudian anda merasa harus segera memulainya agar tidak ketinggalan tren dan momentum? Percayalah, sebagian besar anda akan melakukannya di waktu yang salah karena mempunyai sentimen ‘agar tidak ketinggalan kereta’.

Poin pentingnya adalah jika anda melakukan hal yang benar di waktu yang salah, anda akan menderita. Bisakah anda mendapatkan hasil panen yang baik jika anda mulai menanam di musim dingin? Berinvestasi dengan model intuisi atau ikut-ikutan tak ubahnya dengan berjudi di kasino. Alokasi aset penting untuk melindungi anda dari kesalahan-kesalahan semacam itu juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun