Mohon tunggu...
vini tuti
vini tuti Mohon Tunggu... -

Just me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Takut Gelap

10 Desember 2014   22:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:35 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat sore menjelang malam, ketika aku sedangbermalas-malasan di kamar kesayanganku, entah mengapa aku merasa kepanasan dan tak betah untuk berlama-lama di kamar tersebut, memang tidak seperti biasanya. Setiap hari aku selalu bersantai di dalam kamar, untuk menghindari kejaran Paparazi serta para penggemarku yang menumpuk kaya gunung. Tapi sebenarnya aku juga gak tahu apa yang mau mereka kejar, tapi menurut sumber yang terpecaya, mereka mengejarku karena mau melihat muka ku yang cantik dan imut ini. (weekk…imut dari mana ???…Luna Maya aja bukan! gimana bisa punya penggemar banyak ???)

Walaupun aku sendirian di rumah, tapi rumah ini terasa panas layaknya Gunung merapi yang mau meletus(anehkan…??? Tapi ini kipas anginnya lagi hidup lho…!!!). Terbesit dipikiranku, mungkin ada setan-setan yang lagi keluyuran di kamarku, sedang berpesta riang, bermain, dan bercanda bersama seperti berada di Taman bermain kanak-kanak. (hahahaha…..kasihan banget neh setan… masa kecilnya kurang bahagia kali yah). Tidak lama setelah aku menghayal yang aneh-aneh soal setan gak jelas tadi, kemudian listrik di rumahku padam begitu saja.

“Wah… mamah tolong….!!!!” Teriaku, dengan nyaring dan lantang. Karena terlalu kaget, aku reflek begitu aja meloncat dari atas ranjang dan menginjak sebuah bendayang tergeletak di lantai, tapi tiba-tiba.

DUBRAKKK……

“Aduh sakit…!!! Kenapa seh pake acara mati lampu segala? Emang sial banget neh… Udah jatuh, mati listrik pula!!!” Keluhku sambil mengelus pantatku, yang mendarat gak sempurna dilandasan terbang (Oh…beginilah kalau bukan pilot yang profesional pasti mendaratnya gak mulus).

Tanpa pikir panjang aku segera bangkit dengan semangat ’45 untuk merebut kembali sebuah cahaya kebebasan, merebut kembali masa depan dari kegelapan yang mencekam. Bangkit…! Bangkitlah…! Merdeka…! (Eits… jangan lupa ya, ini kisahnya lagi mati listrik bukan lagi perang…. Oke!!!). Sebenarnya aku seh agak takut, mau mengambil lilin di ruangan bawah. Apalagi harus turun lewat tangga. Ih… Ogah deh, takut banget.Aku takut tiba-tiba saat turun dari tangga, ada yang menarik kakiku dan hantunya mau nyulik aku.Kan gak lucu aja kalau di TV ada berita “LOLLITAARTIS TERKENAL DICULIK OLEH SETAN?” O.M.G. gimana jadinya kalau penggemarku menontonya dan semua pada nangis. Pasti semua benua yang ada di bumi ini pada tenggelam,tidak…. (Lebay…deh!!)

Akupun segera mencari Hp-ku, untuk menerangi kamar ini biar gak kaya kuburan dan setan-setannya cepat bubar dari kamarku (Hus…Hus…Hus… pergi kau setan, pergilah…!!!.). Setelah meraba-raba kiri, kanan, depan dan belakang dengangstylekeren ala orang buta, akhirnya aku menemukan Hp keramatku yang di dapat dari di sebuah kuburan keramat. (Kok bisa ya ada Hp di kuburan? Apa setannya lagi buka FB kali ya??)

“HAH….APA?? Hp-nya nge-drop! Gimana seh?... Padahal ortu ma ade belum pulang lagi!!.” Dengan kesal dan dahi berkerut, bibirku monyong-monyong aja kaya ikanlele yang lagi mangap-mangap berenang di air. (bedanya bibirku lebih seksi dari pad bibir lele ya..).

Menurut terawangan alam gaibku, kalau gak salah rasanya aku pernah menyimpan senter kecil, di dalam kamar ini. Tapi kayanya bisa memakan waktu lama kalau harus mencari benda sekecil itu.Yah, mau gimana lagi, gak ada pilian lain, dari pada aku harus ditemani setan gak jelas, yang ada di kegelapan ini (siapa tahu ada setan genit yang lagi cari kesempatan mau peluk-peluk aku… kan gak ada yang tahu???).Karena kegelapan ini, terpaksa aku mencari senter itu sambil ngesot-ngesot di lantai, biar pantatku gak mendarat lagi di landasan yang salah untuk kedua kalinya.

Setelah sekian lama mencari, dalam perjalan yang panjang. Akhirnya sang pengembara menyerah juga dan gak mau susah-susah mencari lagi. (ATTENTION!!! ini bukan kisah Wiro Sableng, tapi kisah aku dalam misi pencarian senter). Yah… dari pada aku di sini terus, bikin bulu kuduk berdiri semua. Aku bertekad untuk turun lewat tangga dan menerobos kegelapan dengan segenap keberanian. Tapi sekali lagi, sambil meraba-raba dengan style orang buta aku tidak sadar bahwa didepanku ada meja besar yang sudah siap menghadang.

DUUKK… KRANG…

“Aw…. Kakiku…!!! Duh sakit....!!! SIAL banget neh meja, kenapa seh ada di sini??!!” Dengan kesal aku mencoba berjalan kembali sambil memegang kakiku yang terbentur meja tadi. Tapi aku terlalu serius menjaga kakiku, sehingga tidak lama setelah berjalan, aku tidak sadar ada pintu di depan mukaku, dan tiba-tiba.

BRAKK….

“Aw… O.M.G… Tadi kakiku, sekarang kepalaku…!!!” Akupun mulai berpikir, mungkin setan-setan lagi balas dendam, karena gak terima aku yang imut ini bisa bebas dengan selamat.

“Duh setan maaf deh, aku dah tobat menghina kamu, tapi jangan disiksa kaya gene donk!!! Aku bisa sakit jantung kalau gini terus ceritanya..Permisi ya mbah setan, aku minta maaf… Jadi aku bisa lewat ya???!!!” kataku sambil komat-kamit kaya mbah dukun lagi baca Ayat-ayat (aku bukan mbah dukun yang benaran… jadi aku gak bakal baca mantra atau jampi-jampi untuk ngusir setan).

Sambil terpincang-pincang, memegang kepala dan kakiku, dengan rambut berantakan gimbel-gimbel kaya rambut mbah surip, akupun menuruni tangga dengan perlahan-lahan. Tapi kalau soal muka, gak usah ditanya lagi deh, pasti aja muka sudah acak-acakan gak karuan, hidung di mulut, mata di pipi gigi di mata (wah…. gak bisa bayangin, muka apa yang bentuknya kaya gitu??? Setan aja belum tentu mukanya kaya gitu).

Sesampainya di pintu depan akupun terhuyung seperti orang mabuk. Aku merasa capek dan pusing. Padahal cuma menuruni tangga, belok sedikit dan jalan cuma beberapa langkah. Tapi sepertinya aku merasa sudah berjalan ratusan kilometer.Oh, tapi betapa bahagianya hati ini ketika aku telah mencapai pintu kebenaran. Aku bisa bebas dari siksaan ini. Yeah… akhirnya kebebasanpun tiba. Tanganku tak sabar tuk menggapai gangang pintu itu.

KLIK…KREK..

“Wah…!!!! Setan…!!!” teriak adikku saat ia membuka pintu dan melihat ku dibalik pintu dengan muka yang sangat hancur gak jelas lagi bentuknya.

“Wah…!!! Gorila…!!!” teriakku kaget, melihat adikku yang juga teriak udah kaya tarzan kampung baru keluar dari hutan.

“Aduh.. kakak ne apa-apaan seh? Masa manggil aku gorila? Orang ganteng gini mana ada tampang gorila, kak?” Balas adikku yang tak terima saat aku panggil gorila.

“Kamu tuh, yang aneh de, masa aku yang cantik gini dibilang setan ? Dasar, ga nyadar ya mukamu tu emang jelek kaya gorila!! ” balasku tak mau kalah dengan argumen adikku.

“Astaga…!! Lollita sayang, kenapa kepala kamu benjol kaya gitu? Kamu tadi habis apa seh?” Tanya mamahku dengan penuh kebingungan serta keheranan yang merasuk dipikirannya. Sangat terlihat dari ekspresinya, kalau mamahku penasaran banget dengan asal-usul benjol dijidatku yang gedenya segede telur ayam ras.

“Ini gara-gara aku tadi nabrak pintu, waktu mau turun dari kamar, mah. Rumah gelap banget. Aku cari senter di kamar tapi tapi gak ketemu, ya.. udah, aku nekat aja turun kaya orang buta dan gini deh jadinya.” Jelasku penuh kekesalan saat membayangkan kejadian yang tadi ku alami.

“Ya… Udah,kita masuk dulu, biar nanti mamah yang menghidupkan lilin, nanti sekalian mamah bantu kamu mengobati benjol yang ada di kepala kamu” sambil tertawa kecil mamahku melangkah perlahan dengan hati-hati. Kami semua segera masuk, tapi betapa kagetnya aku saat lisrtik di rumah ku hidup dalam sekejap. Ternyata perjuangan ku sia-sia, susah payah turun tangga pake nabrak-nabrak meja dan pintu, Akhirnya listrik dirumah ku mati sebentar aja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun