Mohon tunggu...
Vindy Angelica
Vindy Angelica Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hii, aku mahasiswa semester 4 di salah satu universitas di Jakarta, ini kali pertamaku menulis artikel. Jika ada kesalahan aku minta maaf. Aku menbuat artikel untuk tugas dari kampusku. sekian dan terimakasih teman-teman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Selamatkan Laut, Selamatkan Masa Depan

11 Juni 2022   01:24 Diperbarui: 11 Juni 2022   01:41 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     

 Sampah plastik di dunia akan meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2060, dengan sekitar setengahnya berakhir di tempat pembuangan sampah dan kurang dari seperlima didaur ulang, menurut sebuah laporan terbaru. Plastik terapung yang terperangkap di tambalan akan terus bersirkulasi hingga terurai menjadi potongan-potongan yang semakin kecil, 

semakin sulit dibersihkan dan semakin mudah disalahartikan sebagai makanan oleh kehidupan laut. Jika dibiarkan beredar, plastik akan berdampak pada ekosistem, kesehatan, dan ekonomi kita selama beberapa dekade atau bahkan berabad-abad.

Produksi tahunan plastik berbasis bahan bakar fosil akan mencapai 1,2 miliar ton pada tahun 2060 dan limbah melebihi 1 miliar ton, menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sebagaimana dilansir dari Al Jazeera pada Jum'at, 06/09/2022. Setiap tahun, jutaan ton plastik masuk ke lautan, yang sebagian besar tumpah dari sungai. 

Sebagian dari plastik ini mengalir ke tempat sampah laut, terperangkap dalam pusaran arus yang bersirkulasi. Jika tidak ada tindakan yang diambil, plastik akan semakin berdampak pada ekosistem, kesehatan, dan ekonomi kita. Sampah plastik di laut memang membahayakan keselamatan dan kesehatan hewan laut, sebab plastik itu bisa masuk ke pencernaan.

"Pencemaran plastik adalah salah satu tantangan besar lingkungan abad ke-21, menyebabkan kerusakan luas pada ekosistem dan kesehatan manusia," kata kepala OECD Mathias Cormann. Sejak 1950-an, sekitar 8,3 miliar ton plastik telah diproduksi dengan lebih dari 60 persen dibuang ke tempat pembuangan sampah, dibakar atau dibuang langsung ke sungai dan lautan. 

Sekitar 460 juta ton plastik digunakan pada 2019, dua kali lipat dari 20 tahun sebelumnya. Jumlah sampah plastik juga meningkat hampir dua kali lipat, melebihi 350 juta ton dengan kurang dari 10 persen didaur ulang,Pada tren saat ini, penggunaan plastik diproyeksikan meningkat dua kali lipat di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur.

Di negara-negara berkembang lainnya, diperkirakan akan tumbuh tiga hingga lima kali lipat, dan lebih dari enam kali lipat di Afrika sub-Sahara. Laporan baru ini membandingkan lintasan bisnis seperti biasa dengan manfaat dari kebijakan global yang lebih ambisius dari pengurangan penggunaan plastik dan polusi.

 Didorong oleh pertumbuhan ekonomi dan populasi yang berkembang, produksi plastik akan meningkat di bawah skenario mana pun, OECD memperingatkan. Dimana kebijakan dapat membuat perbedaan besar dalam penanganan sampah. Saat ini, hampir 100 juta ton sampah plastik salah kelola atau dibiarkan bocor ke lingkungan, angka yang akan berlipat ganda pada tahun 2060.

Oleh karena itu Boyan Slat mendirikan Organisasi bernama The Ocean Cleanup yang dimana organisasi ini adalah organisasi yang membahas tentang lingkungan rekayasa nirlaba yang berbasis di Belanda, organisasi ini mengembangkan teknologi untuk mengekstrak polusi plastik dari lautan dan mencegatnya di sungai sebelum mencapai lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun