Setelah membaca artikel Ternyata Jerman Mampu Memenuhi Kebutuhan Kayunya Sendiri, menurut saya karakteristik hutan di Jerman cukup menarik. Karena kalau dilihat di Indonesia, dengan cara merusak hutan baru dapat dikatakan hutan sumber ekonomi yang cukup besar. Dan tentunya begitu juga di Brazil, hutan dibabat sehingga kerusakannya semakin tahun semakin luas seperti yang terjadi di Indonesia. Akibatnya, fcauiasan hutan yang merupakan paru-baru dunia itu volumenya semakin berkurang. Tetapi, kondisi itu tidak berlaku di Jerman, kawasan hutan begitu tetap terjaga kelestariannya. Selain itu di negara Eropa, Jerman merupakan salah satu negara yang terbesar volume growing stocknya. Volume growing stock hutan-hutan di negara tersebut pada tahun 2002 adalah3381 Juta meterkubik. Ini jauh lebih besar dibanding negara Finlandia dan Swedia apabila dilihat dari luas hutan di Jerman yang kalahluas dibanding hutan di Finladia dan Swedia. Total luas hutan  di Jerman11 juta ha, sedangkan di Finland 23 juta ha dan di Swedia30 juta ha.
Dan hal ini didasarkan pada perbedaan sistem pengelolaan (management regime) yang diterapkan pada setiap wilayah sesuai dengan kondisi tempat tumbuh. Sejak dahulu, kehutanan di Jerman telah mengutamakan pertumbuhan tegakan dengan kualitas yang tinggi dan juga sistem siluikultur yang mantap. Sistem pengelolaannya menggunakan periode rotasi yang panjang dan memusatkan perhatian pada tegakan berdiri (standing stock) yang berkualitas. Sehingga, tidak mengherankan volume rata-ratanya bisa mencapai 317m3/ha.
Dan juga karakteristik hutan di Jerman, luas wilayahnya, kala Budidaya, adalah 32 persen dari luas total wilayah Jerman, yang merupakan bentuk tata guna lahan terluas kedua setelah pertanian. Dan hutan yang terkenal adalah hutan Bavarian dan Rhineland-Palatinate..
Industri vinir termasuk yang tidak banyak dan relative kecil, akan tetapi mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai contoh Industri vinir dengan bahan baku kayu oak yang merupakan kayu paling berharga di Eropa dapal ditemukan dekat dengan desa Johanniskreuz (Rhineland-Palatinate).
Kualilas vinir yang berasal dari jenis ini bisa bernilai sampai 5.000 euro (atau sendal Rp60jula-penl.) per meter kubik. Industri kehutanan semacam ini secara keseluruhan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 550 ribu orang. Pada tahun 2002 industri ini mampu menghasilkan transaksi perdagangan sebesar 80.9 miliar euro atau senilai 90 triliun rupiah.
Itu semua karena di negara Jerman, kala Budidaya rakyatnya merasa memiliki tanggung jawab untuk melestarikan kawasan hutannya, karena hutan tidak saja sebagai paru-paru dunia, tetapi juga dengan tetap menjaga kelestariannya ternyata dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam membangun perekonomian rakyat di negara itu.
Oleh karena itu bukan tidak mungkin lagi kalau Indonesia sebaiknya juga mencontoh pembangunan hutan yang ada di Jerman. Selain itu juga Pemerintah dan masyarakat Indonesia agar tetap menjaga kelestarian hutan kita dan untuk para oknum Pemerintah dan orang yang yang berniat mamanfaatkan hasil hutan dengan cara tidak baik atau ilegal akan lebih kalau tidak lagi membabat dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global. Karena Indonesia sebenarnya adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia, yang jika dijaga kelestariannya akan memberikan kontribusi perekonomian yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H