Gugurnya timnas Jerman di fase grup mengejutkan semua kalangan pecinta bola, terutama para pendukungnya. Catatan sekali menang, sekali imbang, dan sekali kalah di grup E membuat Jerman harus rela duduk di peringkat 3 dan pulang lebih dulu karena kalah selisih gol dengan Spanyol.
Padahal, di turnamen kali ini Jerman diperkuat dengan barisan pemain-pemain super dan pelatihnya yang telah terbukti 'canggih' setelah memenangkan trofi treble dan Liga Champions bersama Bayern München, Hansi Flick.
Namun, timnas Jerman yang gagal menembus babak 16 besar membuat Hansi Flick berada di bawah tekanan. Kegagalan besar ini dapat mengorbankan posisinya sebagai pelatih Jerman.
Baca juga: Jerman Asik Main Politik, Lupa Main Bola
Hansi Flick on whether he will resign: "We'll work that out quickly, it's difficult to answer now right after the game when we're eliminated. We'll see about that soon". #Qatar2022 pic.twitter.com/WwZ94Y9gmU--- Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) December 1, 2022
Walaupun gagal di tahun ini, Hansi Flick sebetulnya masih layak untuk menangani timnas Jerman kedepannya. Pengetahuan taktik dan pengalamannya baik di level klub maupun internasional sudah tak perlu diragukan lagi. Formasi 4-2-3-1 yang menjadi pakemnya sangat menunjukan identitas Jerman dalam menyerang.
Namun, jika ia masih dipercaya oleh DFB (Deutscher Fussball Bund) untuk memimpin Joshua Kimmich dan kawan-kawan pada turnamen selanjutnya, setidaknya Hansi Flick harus berbenah dengan memperhatikan hal-hal berikut. Apa saja?
Perbaiki Pemilihan Susunan Pemain
Kesalahan pertama Hansi Flick terletak di susunan pemain, terutama di 2 laga awal Jerman di Piala Dunia.
Pada laga pertama melawan Jepang, Sle bermain sebagai bek kanan. Semenjak di Dortmund, Süle memang sering diplot sebagai bek kanan. Walaupun begitu, Süle tidak memiliki kecepatan yang baik untuk dapat bermain di posisi tersebut. Posisi terbaiknya adalah posisi yang hampir selalu ia mainkan sewaktu di Bayern München, yaitu bek tengah.
Pada laga kedua kontra Spanyol, Hansi Flick membuat keputusan yang tak kalah buruk dengan menurunkan Thilo Kehrer di bek kanan. Kalau boleh jujur, Kehrer bukanlah bek sayap kelas dunia. Catatannya di West Ham di musim ini pun termasuk medioker. Dari 5 kali penampilannya sebagai bek kanan, ia hanya berhasil 2 kali clean sheet dan tanpa kontribusi dalam menyerang. Kehadiran Kehrer di bek kanan membuat Gnabry harus beberapa kali turun untuk membantu meredam serangan Dani Olmo. Â Hal ini mengakibatkan serangan Jerman di sisi kanan menjadi terhambat.