"Tuhan menciptakan alam semesta dengan segala kekayaan yang terkadung di dalamnya untuk umat manusia. Namun seringkali umat manusia tidak memanfaatkannya dengan baik, sehingga yang timbul justru kerusakan alam. " Inilah gambaran dialog pada Sabtu, 9 Juni 2018 di Gereja St.Theresia Tayu, Paroki Pati. Dialog ini merupakan bagian dari rangkaian acara Go Green Camp MSF yang digelar pada 8-10 Juni 2018. Dialog ini dimoderatori oleh Kerabat Muda MSF, Vincent Suriadinata dan menghadirkan dua orang narasumber yakni Kyai Happy Irianto Setiawan dari Pondok Pesantren Pati dan Rm. Yohanes Risdiyanto, MSF.
Kyai Happy mengungkapkan bahwa kerusakan yang terjadi di bumi ini merupakan ulah tangan manusia. Beliau memberikan paparan bagimana Islam memandang alam sebagai ciptaan Tuhan. Tasawuf Islam mengajarkan bagaimana mengangungkan Tuhan, tetapi masih banyak orang yang merusak alam. Ini artinya mereka menistakan ciptaan-Nya. "Banyak orang cerdas tetapi tidak dengan perilakunya. Kecerdasan secara intelektual saja tidak cukup, namun perlu juga kecerdasan spritual," kata Kyai yang aktif di kegiatan sosial Gusdurian ini.
Senada dengan Kyai Happy, Rm. Risdi menyampaikan bahwa Tuhan menunjukkan kemurahan-Nya lewat alam. Rm. Risdi mengajak peserta belajar dari St. Fransiskus bagaimana mencintai Tuhan, sesama dan lingkungan. Dalam ensiklik Laudato Si, terdapat setidaknya tiga hal yang perlu dicermati, yakni bagaimana memfoto dunia kita dengan terjadinya berbagai kemerosotan kualitas lingkungan, kemudian apa sebab-sebabnya dan apa tindakan konkrit yang harus dilakukan. "Perlu ditekankan pendidikan spiritual ekologi, karena ego lah maka alam rusak," kata Romo yang saat ini berkarya sebagai Sekretaris MSF Propinsi Jawa.
Tema Go Green Camp ini adalah Muda, Bersaudara, Cinta Alam Semesta. Tema ini mengajak orang muda selain mencintai alam namun juga bersaudara dengan semua orang tanpa memandang perbedaan dan sekat-sekat golongan. Selain dialog juga ada acara buka bersama dan pentas seni. Dalam acara ini nampak sekali bahwa keberagaman menjelma jadi keindahan. Perbedaan menjadi keindahan dalam harmoni." pungkas Rm. Adi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H