Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keturunan Toxic Harus Diputus

5 Januari 2022   21:52 Diperbarui: 5 Januari 2022   22:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Memasuki umur 20-an, bagi saya agak sedikit menggelikan ketika melihat beberapa teman saya yang lahir dari keluarga toxic ternyata malah segut untuk berpacaran dan berkeluarga. Alasannya? Sama bodohnya, butuh pendamping untuk mengisi dan menyembuhkan ketoksikan yang mereka alami. Bodoh bukan?

Seharusnya, keluarga toxic itu ya diputus rantainya. Kalau dia berasal dari keluarga toxic, kemungkinan besar, dia akan membangun keluarga dengan sifat yang serupa. Kok bisa? Iya. Ini ilmiah sekali. 

Karena dari beberapa penelitian dan riset yang pernah dijalankan, manusia yang sudah melewati masa kritis kepribadian itu ternyata sulit sekali diubah. Riset ini memang menggunakan hewan-hewan lain, tetapi hal serupa pun dipercayai terjadi di manusia. Apa yang menjadi sulit diubah itu? Cara berperilaku yang berimbas kepada cara mendidik anak. 

Nah, sekarang anda bayangkan saja. Teman saya yang lahir dari keluarga toxic ini malah ingin segera berkeluarga. Akan jadi seperti apa keluarganya? 

Untunglah, saya sebagai manusia yang paham keluarga  saya bagaimana, enggan untuk berkeluarga. Mungkin inilah alasan orang di luar negeri lebih memilih melakukan free sex yang aman dengan kontrasepsi daripada berkeluarga dan melahirkan anak-anak baru yang sama toxicnya. Kadang berpikiran terbuka adalah jalan untuk menuju dunia yang lebih baik.

Kalau orang tua yang berkicau, saya sih tinggal tutup kuping saja. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun