Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

You Only Live Once

29 Maret 2021   11:15 Diperbarui: 29 Maret 2021   11:29 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Suka ataupun tidak, kita hanya hidup sekali. Sekalipun reinkarnasi ada, kita hanya hidup sekali sebagai diri kita saat ini. Itu adalah hukum yang tidak bisa diubah.

Entah di kehidupan sekarang kita adalah seorang yang miskin atau kaya, pintar atau bodoh, tampan atau buruk rupa, semuanya itu akan selesai ketika kematian mendatangi kita. Kita semua sedang berlomba menuju suatu titik yang disebut kematian. Setiap harinya, kita bukan berusaha menjauhinya tetapi berusaha mendekatinya. 

Semua mahluk suka terhadap kematian, tidak ada yang tidak menyukai ini. Orang-orang yang sudah putus asa, akan mencintai kematian lebih dari yang lainnya. Kematian adalah jalan pelarian terbaik. Orang-orang yang sudah sakit keras, akan jauh lebih mencintainya. Ketika tidak ada obat untuk suatu penyakit, seringkali kita mengambil jalan pintas, yaitu mematikan penyakit tersebut termasuk membunuh si penderitanya. Bukan tanpa sebab, kita semua memang mencintai kematian. 

Setiap harinya, tubuh kita mengalami kematian di level sel. Semua sel yang terlahir, selalu berlomba menuju ke arah itu. Bahkan kromosom kita pun semakin lama semakin mendekati kematian. Meski kita diregenerasi berpuluh-puluh atau berjuta-juta kali dalam sehari, kita selalu bertendensi untuk mencapai kematian.

Hidup dan mati bukanlah dua pulau yang bersebrangan, tetapi adalah dua sisi mata koin yang sama. Ketika seseorang lahir, di saat itu pula kematian tercipta untuknya. Manusia pada dasarnya hanya berusaha memperlambat kematian tersebut dan membuat ilusi bahwa kematian adalah hal yang buruk. Padahal, di saat yang sama, manusia sebenarnya sangat mencintai kematian. Ketika kecintaan terhadap kehidupan hadir, maka secara otomatis, kecintaan terhadap kematian pun hadir di tempat yang sama.

Kematian bukanlah hal yang perlu ditakuti. Kematian adalah jalan menuju kebahagiaan tertinggi. Bagi mereka yang percaya surga, maka surgalah kebahagiaan mereka. Bagi yang percaya nirwana, maka nirwana lah kebahagiaan mereka. Bahkan bagi yang percaya pada kenihilan, maka kenihilan dan keterlepasan dari kehidupanlah yang menjadi kebahagiaan mereka. 

Kematian juga merupakan gerbang menuju kesudahan. Semua masalah yang anda lakukan dan ciptakan, semua keberhasilan anda, semua beban hidup anda seperti keluarga dan anak, semua kesalahan anda, itu semua akan lenyap setelah kematian datang. Kesudahan dari semua itu adalah suatu kepastian, bahkan jauh lebih pasti daripada surga dan neraka atau nihilisme. Ketika tubuh anda hancur lebur dimakan oleh tanah, maka anda sendiri bahkan sudah tidak ada lagi.

Semua ini menggambarkan bahwa seberharganya hidup anda saat ini, anda tidak bisa merubah bahwa anda hanya hidup sekali. Anda sebenarnya saat ini sedang berlomba bersama jutaan dan milyaran orang lainnya untuk mencapai kematian. Kita semua menempuh jalan hidup yang berbeda, kesempatan hidup yang berbeda, tetapi satu tujuan yang sama. 

Jikalau memang seperti itu, untuk apa anda saat ini bertengkar dengan saudara anda atau pasangan anda? Bukankah lebih baik di hidup anda yang hanya sekali ini anda berdamai? Jikalau seperti itu, mengapa anda harus marah dengan orang lain yang jauh lebih sukses dari anda? Bukankah lebih baik di hidup yang hanya sekali ini, anda menunjukkan versi terbaik anda? Entah itu sukses atau tidak, itu hanyalah output, yang terpenting adalah bagaimana anda berbuat di dalam hidup ini.

Pada akhirnya, harus kita sadari, bahwa hidup memang sekali. Mati pun memang hanya sekali. Entah jalan apa yang sekarang kita tempuh, adalah baik bagi kita untuk berpikir bahwa hanya kali ini dan detik inilah hidup kita bisa maksimal. Maksimalkan apa yang kita ada sekarang. Cintailah setiap detiknya. Karena semakin kita cinta pada hidup ini, secara tidak sadar kita semakin cinta pada kematian itu sendiri. 

You Only Live Once, Live A Good Life

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun