Sehingga, dari adanya unsur-unsur tadi, kebudayaan beragama pun diturunkan kepada keturunan berikutnya lewat cerita-cerita yang mereka dengar di masa lalu. Dari sini, orang pun akan terbentuk mindsetnya untuk memercayai apa yang diceritakan oleh orang tuanya sebagai kebenaran. Maka, ketika sudah besar, mereka pun secara naluriah akan merasa ingin percaya kepada agama yang telah mereka anut sejak kecil ataupun kepada agama lain yang mereka anggap oke.Â
Hal ini pun dapat berjalan sebaliknya. Jikalau anak sejak awal telah diajak untuk berpikir dan bernalar, ada kemungkinan di masa depan mereka akan bersifat skeptis. Sifat skeptis ini pastinya akan membawa sang anak kepada dua kemungkinan, yaitu tetap merasa ingin percaya pada agama atau merasa untuk tidak percaya sama sekali kepada dengan alasan logis.Â
Pada akhirnya semua penjabaran ini kembali kepada satu penjelasan di atas. Mengapa orang percaya pada agama? Karena mereka ingin. Sama seperti pertanyaan kenapa anda menjadi fans marvel, avatar, Lord of The Ring dan lainnya? Ya karena anda ingin. Anda merasa cocok dengan kisah-kisah fiksi tersebut. Oleh sebab itu, anda ingin menjadi fans mereka. Tidak ada bedanya ngefans dengan Gandalf dengan ngefans dengan Annunaki atau tokoh-tokoh tuhan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H