Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Bikin Gila, Benarkah?

3 Maret 2021   12:14 Diperbarui: 3 Maret 2021   12:26 3276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernyataan satu ini mungkin sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Filsafat adalah gerbang menuju atheisme, begitu menurut mereka yang melihat filsafat sebagai alat peluntur iman. Namun, apakah benar filsafat adalah gerbang menuju Atheisme? 

Sesungguhnya sekali lagi, hal ini tidaklah tepat. Dalam mempelajari filsafat, dapat terjadi 2 output yang berkaitan dengan keimanan. Ada yang menjadi Atheis, namun ada pula yang menjadi sangat beriman. Sebagai contoh, di masa lalu, terdapat seorang Teolog Kristen bernama Santo Thomas Aquinas yang mendasarkan keimanannya di dalam filsafat. Hal ini pada akhirnya membuat Santo Thomas Aquinas mengeluarkan suatu buku filsafat Teologis yang sangat terkenal yang bernama Summa Theologiae. Beranjak dari dunia kristen, kita pindah ke dunia islam. Dalam dunia Islam, terdapat Al-Ghazali yang hidup pada zaman keemasan Islam. Pemahamannya terhadap filsafat mengantarkannya menjadi salah seorang tokoh islam terkemuka di masa lalu yang berhasil menyandingkan filsafat dengan islamisme. 

Di luar itu semua, terdapat pula Buddha Gautama dan Mahavira yang mendirikan dua buah agama di atas landasan filosofi yang sangat kuat, yaitu Buddhisme dan Jainisme. Filosofi bahkan menjadi bagian penting dalam dogma kedua agama ini dan membuatnya tentu bertentangan dengan premis bahwa belajar filsafat menjadikan diri kita Atheis.

Meskipun begitu, tidak bisa dipungkiri beberapa filsuf seperti Nietzsche menjadi atheis dengan adanya landasan filsafat yang kuat. Contoh lainnya adalah Epikurus yang bisa dinilai sebagai pencetus pertama Nihilisme, bahkan menanamkan pemahamannya terhadap Atheisme dan kritik-kritiknya terhadap tuhan lewat aliran filsafat yang diciptakannya.

Sehingga, menjadi Atheis ataupun tidak, sebenarnya berasal dari pemahaman orang yang memahaminya. Jikalau, rekonstruksi pemikirannya mengarah kepada arah teologis, maka bukan tidak mungkin belajar filsafat akan menjadikan anda sebagai seorang yang bijak dalam beragama.

3. Belajar Filsafat Menjadikan Kita Komunis

Dasar dari premis ini kemungkinan berkaitan dengan adanya ambiguitas di dalam masyarakat kita akan pengertian Atheisme dan Komunisme. Padahal, kedua hal tersebut adalah dua hal yang murni berbeda. Komunisme adalah salah satu aliran ideologi yang didasarkan kepada filsafat Materialisme Dialektika, yang menyatakan bahwa pada akhirnya semua masyarakat akan kembali kepada kehidupan masyarakat tanpa kelas. Sedangkan, Atheisme di sisi lain adalah suatu pandangan teologis tentang tidak adanya Tuhan di dunia kita ini.

Sehingga, pernyataan di atas tersebut adalah sebuah pernyataan yang salah besar. Jikalau kita melihat, spektrum politik dan filsafat perpolitikan tidaklah hanya mengarah kepada komunisme. Di sisi lain, terdapat pula liberalisme, kapitalisme, dan ideologi-ideologi lain termasuk Pancasila. Oleh sebab itu, tidaklah tepat jikalau kita berkata bahwa filsafat akan menjadikan anda sebagai seorang komunis. Bahkan banyak pula orang yang karena belajar filsafat, keluar dari pemahamannya dan dukungannya terhadap komunisme. 

Maka, jelaslah sudah bahwa dengan mempelajari filsafat anda tidak hanya bisa menjadi komunis, tetapi bisa pula menjadi seorang yang nasionaslis dan pancasilais. Karena, belajar filsafat tidak akan mengarahkan anda kepada salah satu ideologi saja, tetapi menantang anda untuk membuktikan ideologi yang sekarang anda anut. Apakah ideologi tersebut benar ataupun salah?

Sehingga, jelaslah sudah bahwa filsafat yang asli adalah cara seseorang untuk berpikir jauh lebih dalam lagi. Maka, miskonsepsi-miskonsepsi yang dituliskan di atas haruslah dikaji ulang sehingga bisa memberikan pengertian yang benar.

Janganlah takut untuk belajar filsafat! Karena jikalau anda berada di trek yang benar, anda akan menemukan cara memandang dunia dari sisi yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun