Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tuhan, Maha Segalanya tetapi Tidak Mau Menyandang Maha Jahat

12 Februari 2021   21:57 Diperbarui: 12 Februari 2021   22:17 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

[TULISAN INI TIDAK DIBUAT UNTUK TUJUAN PENISTAAN TERHADAP AGAMA MANAPUN, SEMUA TULISAN YANG BERADA DI DALAM ARTIKEL INI MURNI MENGAJAK PARA PEMBACA UNTUK JAUH LEBIH KRITIS DAN JAUH LEBIH BAIK KE DEPANNYA]

Tuhan adalah maha segalanya. Maha baik, maha besar, mahakuasa, maha melihat, maha mendengar, dan lain-lain. Tetapi pernahkah kalian berpikir soal mengapa sih Tuhan kalau maha segalanya, kok gak mau mendapat gelar Maha Iri, Maha Dengki, Maha Cemburu, Maha Pemarah, Maha Jahat, Maha Licik dan lainnya yang tentunya berkonotasi negatif?

Pertanyaan ini gak kita doang kok yang menanyakan. Ada beberapa filsuf di jaman dulu juga yang menanyakan hal serupa. Nama orangnya adalah Epicurus. Pertanyaannya ini mungkin akan menjadi paradox tergila bagi beberapa theist yang membaca artikel ini. Pertanyaanya adalah seperti ini, "Is God willing to prevent evil, but not able? Then he is not omnipotent. Is he able, but not willing? Then he is malevolent. Is he both able and willing? Then from whence comes evil?" 

Pertanyaan Epicurus ini adalah salah satu pertanyaan yang cukup terkenal di kalangan orang-orang Atheis ataupun Agnostik. Inti dari pertanyaan tersebut adalah Tuhan itu adalah sesuatu yang Maha Jahat. Karena jikalau memang dia maha kuasa dan segala sesuatu berasal dari Tuhan, maka Tuhan adalah entitas yang menciptakan kejahatan dan memberikan keleluasaan bagi kejahatan untuk berkembang. Ia juga merupakan entitas maha tinggi yang menjadi sumber kejahatan dan kebaikan di saat yang bersamaan. 

Mungkin bagi para theist ini merupakan sesuatu penistaan terhadap Tuhan. Namun, jikalau kita jujur pada diri sendiri, pasti ada suatu masa bagi para Theist untuk mengutuki Tuhan dan berkata bahwa Ia adalah mahluk yang paling jahat. Biasanya ini terjadi ketika kita kehilangan sesuatu yang berharga bagi kita. Meskipun kita hanya mengucapkan "Ya Tuhan, Mengapa ini terjadi bagi saya?" Secara tidak langsung kita telah menuduhkan kepada Tuhan bahwasanya Ia adalah sumber daripada kejahatan. Sebuah entitas tinggi yang memberikan cobaan bagi setiap umatnya. Sebuah entitas tinggi yang suka "menyiksa" orang-orang yang sudah lupa padanya.

Padahal jikalau kita menilik pertanyaan epicurus lebih dalam, memang terdapat banyak kesalahan dari konsep "Ketuhanan Mainstream" itu sendiri. Kebanyakan orang-orang dengan salah menganggap Tuhan adalah mahluk maha segalanya, dia adalah sesuatu yang maha baik dan lainnya. Semua yang terjadi pada dirinya berasal dari Tuhan. Bahkan, setiap tindakannya pun adalah tindakan yang dinubuatkan Tuhan. Para Theist seringkali lupa daratan, bahkan lupa diri bahwa sebenarnya apapun yang terjadi bukanlah berasal dari Kehendak Tuhan, melainkan berasal dari apoa yang diperbuat. 

Sebagai contoh, Tuhan dalam pandangan Theist (meskipun saya merupakan seorang Atheist) menciptakan buah, sayur-sayuran, tanaman, hewan, dan semacamnya. Semua diciptakan baik adanya dan saling bergantung satu sama lain. Semuanya menciptakan keseimbangan dan saling melengkapi satu sama lain. Tetapi, pada suatu ketika, seorang manusia dengan sombongnya memakan dengan gelojoh semua mahluk-mahluk tadi. Ia tidak mempertimbangkan bahwa apa yang ia lakukan, sebenarnya sedang mengganggu keseimbangan yang ada di alam dan yang ada pada dirinya sendiri. 

Bisa ditebak apa yang terjadi dari cerita di atas? Benar, pasti ia akan menderita sakit penyakit. Tetapi, manusia sejenis ini jarang sekali mau berkaca bahwa sakit yang dideritanya adalah berasal dari dirinya sendiri. Pada suatu titik, entah ketika ia baru saja menderita penyakit tersebut ataupun ketika sakitnya semakin parah, pasti dia akan mengutuki Tuhan dan berkata bahwa Tuhan adalah suatu entitas yang jahat. See? Orang itu pada akhirnya menjalankan pertanyaan Epicurus bukan? 

Sesungguhnya, memang kita harus akui bahwa ketika kita melimpahkan semua persoalan kepada Tuhan, itu akan menjadikan Tuhan sebagai suatu sumber kejahatan. Oleh sebab itu, kepada para Theist yang terhormat, mulailah memikirkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini berasal dari kehidupan anda sendiri. Semua yang terjadi baik ataupun buruk sebenarnya adalah hasil dari perbuatan anda di masa lalu. Mulailah berpikir bahwa tidak ada satupun campur tangan Tuhan baik itu baik ataupun buruk yang terjadi di dalam hidup anda dan menyebabkan anda menjadi seperti sekarang ini. Dengan seperti ini, anda pastinya akan jauh lebih tenang hidupnya, dan jikalau Tuhan itu ada, anda pun tidak akan mendapatkan dosa karena telah mengutuki Diri-Nya. Serta anda pun tidak usah menjadi terlalu fanatik dan menyombongkan Tuhan anda ketika anda mendapatkan sesuatu yang baik. 

Alangkah lebih baik jikalau ketika anda mendapatkan sesuatu yang baik anda memotivasi orang supaya bisa mendapatkan hal yang sama seperti anda. Dan ketika mendapatkan sesuatu yang buruk anda belajar untuk ikhlas dan tidak menyalahkan siapapun juga, termasuk Tuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun