Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cina Muslim: Memangnya Ada?!

5 Februari 2021   09:44 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:19 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apa yang ada di pikiran kita kalau mendengar Cina Muslim ? 

Mungkin di antara kita akan menjawab Uighur, Hui, atau mungkin berpikir seperti ini, "Memangnya ada ya Cina yang Muslim?" Hayoh kamu golongan yang mana ? 

Kebanyakan di antara kita mungkin akan menjadi tipe yang ketiga. Golongan yang mempertanyakan memangnya ada cina yang muslim, terutama di Indonesia. 

Ini dapat dimaklumi sebetulnya, apalagi jikalau kita melihat pada kenyataan orang-orang keturunan Cina (atau bisa kita sebut sebagai orang Tionghoa) sebagai orang-orang yang mayoritas tidak beragama Muslim. Hal ini semakin diperkuat dengan kebudayaan masyarakat Cina baik di Cina daratan maupun masyarakat Tionghoa di Indonesia. Kebudayaan masyarakat Cina ataupun Tionghoa selalu identik dengan babi, hio, sembahyang leluhur, dan masih banyak hal lainnya yang sangat bertentangan dengan kebudayaan agama islam. Apalagi hal ini juga diperkuat dengan keenganan Tionghoa Muslim untuk membuka identitas mereka. Sehingga, dengan apa yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari itulah, muncul stigma bahwa "Tidak ada orang Cina ataupun Tionghoa yang Muslim". 

Hal ini sebenarnya tidak hanya terjadi kepada golongan masyarakat Indonesia asli atau golongan masyarakat Pribumi Indonesia. Dalam kehidupan orang-orang Cina ataupun Tionghoa tersendiri, seringkali mereka melupakan adanya golongan orang Cina atau Tionghoa muslim ini. Padahal menurut Pew Research Center pada tahun 2009, terdapat kurang lebih 1,7 persen dari populasi RRC yang beragama Islam. 

Di Indonesia pula, sejak tahun 1961 telah didirikan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang menjadi wadah organisasi paguyuban di antara orang-orang Tionghoa Muslim Indonesia. Bahkan, Islam yang masuk ke negara Indonesia pun sempat disebarkan oleh Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang Muslim Cina. 

Lantas, jikalau memang sudah ada beberapa orang Tionghoa Muslim dan kita juga melihat sebegitu banyaknya masyarakat Cina yang muslim. Mengapa masyarakat Tionghoa kebanyakan bukanlah seorang Muslim ? 

Jawabannya adalah tidak diketahui dengan pasti. Tetapi jikalau kita menilik ke belakang, keturunan tionghoa sekarang ini kebanyakan merupakan keturunan pedagang yang baru datang pada Abad ke-19. Tentunya hal ini membuat orang-orang Tionghoa sekarang masih kental adat Cinanya. Sehingga, rata-rata yang datang ke Indonesia adalah mereka yang masih beragama Buddhisme Cina ataupun yang beragama lokal Cina seperti Taoisme. 

Sedangkan, Cina Muslim yang datang bersamaan dengan Laksamana Cheng Ho masuk ke Nusantara pada Abad ke-15. Sangat memungkinkan setelah masuk pada abad ke-15 itu, mereka menikah dengan masyarakat lokal dan mulai kehilangan budaya Cinanya. Sehingga, gap di antara kedatangan kedua gelombang masyarakat Cina inilah yang menyebabkan orang Tionghoa sekarang ini lebih identik dengan Buddhisme, Kristiani, ataupun agama-agama Cina dibandingkan sebagai seorang muslim. 

Hal ini juga diperkuat dengan adanya doktrin dalam kubu orang-orang Tionghoa sendiri yang lebih menginginkan perkawinan dengan sesama Tionghoa. Hal ini tentunya memperkuat agama dan budaya mereka untuk tetap murni seperti pada awal mula kedatangan mereka. Serta, adanya pandangan di mayoritas orang Tionghoa bahwa perpindahan agama ke agama Islam merupakan sesuatu yang mencederai budaya merekapun turut memperkuat kemurnian agama dan budaya mereka. 

Hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Jikalau kita menilik kepada sejarah dan budaya Tionghoa itu sendiri, kita bisa menemukan banyak sekali adat yang berkaitan dengan sembahyang leluhur. Juga adat istiadat Tionghoa, secara umum sangatlah kental dengan minuman keras dan babi yang tentunya tidak dapat dilaksanakan jikalau mereka melakukan perpindahan ke agama Islam. Hal ini juga semakin dipererat dengan banyaknya konflik historis di Indonesia antara golongan umat Islam dengan masyarakat Tionghoa di masa lalu, mulai dari peristiwa PP 10 hingga yang terbaru, kasus Ahok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun