Menurut penulis sendiri, bermain game seperti ini juga dapat untuk melampiaskan amarah gamers. Dengan cara membunuh orang yang ada di sana, amarah para gamers dapat tersalurkan dan di kehidupan nyata para gamers ini terlihat santai seperti tanpa beban.
"Main gameee terus, lama-lama gak punya temen kamu". Seperti itulah kira-kira nasib para gamers. Tapi, siapa sangka, kalau main game sebenarnya bisa membuat kita menjadi lebih sosial. Hanya saja 'sosial' yang dibahas disini tidak terlihat. Apa yang dikatakan di atas memang benar, para gamers biasanya jarang memiliki teman atau temannya relatif sedikit. Tetapi rasa pertemanan yang dimiliki oleh gamers lebih besar dari yang tidak bermain game. Mengapa?
Saat kita bermain game multiplayer, otomatis kalau kita mau menang maka kita harus mau saling bantu membantu dengan teman satu tim. Nah disini mulai tumbuh benih-benih compassion.Tidak mungkin juga bagi para gamers untuk memenangkan game multiplayer tanpa saling membantu. Yang kuat membantu yang lemah, yang lemah harus mau merendahkan diri untuk diajari oleh yang lebih profesional.
Web penelitian tentang game membuat pro-sosial dapat dilihat di sini.
Kesimpulan dari penulis adalah sebenarnya game itu tidak salah. Tapi manusia banyak yang ketagihan dalam bermain game dan terus menerus. Makanya manusia itu hanya mendapatkan sisi buruk dari game, bukan mendapatkan sisi baiknya.Â
Demikianlah essay ini, jika ada salah kata yang menyebabkan pembaca kurang berkenan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih telah membaca.
Untuk penutup, penulis memilih quotes dari Michael Jordan
"Kemampuan memenangkan permainan, tapi kerja sama dan kepandaian memenangkan kejuaraan"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H