Mohon tunggu...
Vincentius de Baylon
Vincentius de Baylon Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - hanya pelajar SMA biasa

Hanya seorang pelajar SMA biasa yang hobinya cuma rebahan, main games, ngewibu sampai gatau waktu tetapi, cita-citanya mau menjadi pendamping Tuhan dalam menciptakan lingkungan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecerdasan Kognitif sebagai Dasar Pemuda

11 November 2024   11:45 Diperbarui: 11 November 2024   11:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia sedang memperingati peringatan bersejarah, yaitu hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda menjadi saksi bisu perjuangan para pemuda untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia dari cengkraman kolonial bangsa asing. Pada saat itu, para pemuda menjadi ujung tombak negara untuk melawan kolonialisme yang terjadi begitu masif dan membuat rakyat sangat menderita. Dengan satu kesamaan tujuan, seluruh pemuda Indonesia berusaha merumuskan dasar nasionalisme negara. Ibarat api unggun yang menyala ditengah kegelapan, mereka mengadakan suatu kongres kepemudaan yang menghasilkan naskah “Sumpah Pemuda” dan menjadi perintis nasionalisme bangsa. Naskah Sumpah Pemuda merupakan dokumentasi dari seluruh perjuangan para pemuda bangsa untuk membebaskan dari cengkraman kolonialisme.

Fenomena Destruktif

Saat ini, Indonesia mengalami globalisasi yang begitu masif dan terinkulturasi dengan kehidupan masyarakat luas. Masyarakat cenderung bersifat individualis dan saling berkompetisi satu sama lain sehingga menciptakan lingkaran setan yang mencengkram mereka. Mereka secara tidak langsung berada dalam keadaan ketakutan secara emosi serta tekanan sosial yang begitu kental sebagai dampak arus globalisasi. Terdapat Fenomena dimana para kaum muda tenggelam dalam nafsu duniawi yang membutakan mereka akan kehidupan yang bersifat kompleks. Para pemuda mengalami berbagai tekanan yang secara tidak langsung menggerus psikis, dan semangat mereka. Pada akhirnya, mereka akan jatuh dalam lingkaran depresi dan berakhir pada tindakan bunuh diri.

Keadaan seperti ini cenderung terbalik jika melihat pada era kolonialisme dimana, para pemuda mempunyai semangat yang membara untuk melawan invasi bangsa asing. Bila terus berlangsung keadaan negara Indonesia akan berada dalam fase “kejatuhan moral” dimana, para pemuda kehilangan jati dirinya sebagai aset negara. Ironisnya, mayoritas para pemuda mulai kecanduan media sosial sebagai dampak digitalisasi. Tidak jarang terjadi stigma negatif mengenai para pemuda yang sulit beradaptasi dengan lingkungan diluar maya. Dunia maya mempunyai pengaruh besar pada kecerdasan kognitif pemuda.

Hal itu secara tidak langsung, membutakan rasionalitas mereka akan kebenaran dari sebuah berita. Dalam dunia maya, sebuah berita dengan mudahnya dimanipulasi demi menarik perhatian para khalayak ramai. Dampaknya khalayak ramai menjadi terpolarisasi akan opini yang dipaparkan secara persuasif. Bila para pemuda tidak bisa mengenali, dan meminimalisir opini tersebut mereka akan menjadi “bidak catur” bagi kepentingan eksistensi belaka.

Kemerdekaan Kognitif

            Para pemuda yang menjadi aset berharga bangsa, perlu mempunyai sebuah mimpi yang bisa menjunjung derajat bangsa dan harga diri mereka. Mimpi tersebut yaitu, kemerdekaan Kognitif. Para pemuda perlu mengenali, memahami, dan mengendalikan Hasrat diri mereka dalam berselancar di dunia maya. Supaya bisa mengontrol hasrat mereka untuk mencari eksistensi yang bersifat semu dan tidak berharga. Cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada, Itulah peribahasa latin yang tepat untuk mimpi para pemuda. Para pemuda sebagai ujung tombak bisa menggunakan rasionalitas secara bijak untuk membuat sebuah inovasi yang berguna bagi bangsa.

Pada tahun 2045 bangsa Indonesia mengalami bonus demografi dimana,  menjadi momentum terbaik bagi generasi muda untuk menyalurkan pemikiran maupun gagasan, guna meningkatkan derajat Indonesia dimata dunia. Sesuai dengan konsep hukum alam pemikiran, dan gagasan mereka akan dikenang oleh masyarakat luas sebagai pelopor modernitas bangsa. Selain itu, perlu adanya kontrol sosial untuk mengendalikan para pemuda supaya tercurahkan dengan benar. Akan tetapi, masyarakat hanya menjadi agen pengawas dan pembimbing tanpa adanya intervensi terhadap inovasi mereka. Apabila generasi sebelumnya mengintervensi gagasan dan ide, dampaknya para pemuda akan terkekang dalam tatanan sosial yang bersifat kaku, layaknya burung di dalam sangkar besi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun