Lidia adalah anak tunggal di keluarga kecilnya. Ia sebenarnya adalah perwujudan seorang gadis pintar, manis dan juga lucu.
Ia sering mengikuti kegiatan menari, menggambar, maupun berenang. Ia juga anak yang penurut. Seiring berjalannya waktu, saat ia mulai beranjak dewasa, muncul perubahan-perubahan yang ada pada dirinya. Seolah Ia menjadi kehilangan kemampuannya karena sering dibentak oleh gurunya yang super duper galak. Saat-saat itu, yang ada hanyalah rasa takut, takut, dan takut.
Prestasinya menurun, dan ia pun tak seperti dulu lagi. Kepercayaan dirinya menukik tajam. Saat tumbuh indikator-indikator vital organ seksual, ia pun selalu menutupinya dengan membungkuk atau mengenakan baju yang kebesaran.
Lidia minder, benci pada dirinya....
Ia juga tidak lagi menurut pada ibunya, malas belajar dan sering menerima ejekan bodoh melengkapi label dirinya yang membuat semakin tiaraplah harga dirinya.
Mereka tak tau apa yang dirasakan Lidia. Hanya segelintir orang yang mau menjadi dan menerimanya sebagai teman.
Ia merasa kurang pujian, belaian, perhatian dan kasih sayang. Orang tuanya bekerja tanpa kenal waktu sehingga Lidia menjadi fakir perhatian ortu!
Ia juga selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain yang lebih pintar darinya, yang entah bagaimana pun rahasia anak pintar itu tak bisa diterapkan olehnya.
Ia hanyalah anak pas-pasan secara ekonomi yang masih diberi Tuhan keajaiban disetiap saat hidupnya.
Sekarang sudah 15 tahun berlalu, hingga saat ini pun dia masih sibuk untuk mencari penghasilan bagi keluarga. Memang tak seperti anak lainnya yang ingin meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia hanya ingin menjadi pelayan yang baik.Ia ingin mengembangkan bakatnya, namun ia masih bingung apa yang harus dipilihnya.Ia butuh sosok yang dapat membimbingnya ke jalan yang benar.
Ia sungguh-sungguh berharap akan itu.Tak ada yang berubah darinya ia masih sama kata orang-orang, namun sebenarnya ia sungguh-sungguh ingin berubah ingin memenuhi panggilan hidupnya. Namun entah kenapa disetiap malam Kliwon, salah satu weton dalam budaya Jawa, ia selalu resah dan gelisah tiba-tiba menangis dan hanya ingin menyerah.
Sekitar 2 tahun yang lalu ia sakit dan butuh perawatan dari seorang psikiater.
Lidia mengalami hal-hal diluar nalar seperti melihat sosok-sosok seperti bayangan, mendengarkan pendapat yang sebenarnya tidak ada wujudnya dan tidak didengar oleh orang lain, merasa lebih percaya diri namun emosinya tinggi jika mendengar orang lain bicara ia terlalu sensitif dan bisa melukai dirinya sendiri.
Setiap kerja ia selalu berakhir dengan pengunduran diri karena penyakitnya yang kambuh. Disetiap tahunnya ia hanya bisa berusaha menyembuhkan dirinya, dan kadang ia merasa kesal akan kondisinya.Setiap hari ia harus minum obat karena sakit yang dideritanya.
Optimis dan keyakinan saja yang saat ini ia miliki. Keyakinan bahwa kasih Tuhan melebihi kondisinya. Tangan kuat Tuhan pasti akan merengkuhnya, dengan lembut, dan itu pasti!
Lidia... Raihlah asa yang mulai terbit itu.❤️
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H