Industri Pendidikan Demi Buruh Terdidik, sumber : pinterest
Tahun kedua, cukup memberi gambaran mengenai apa yang akan dihadapi oleh seorang mahasiswa. Bukan lagi soal ujian, Indeks Prestasi (IP), minat dan bakat apalagi soal mencari pasangan hidup. Suatu masalah baru tiba-tiba mencuat begitu saja di tengah keasyikan menikmati masa-masa kuliah yang begitu bebas di banding SMA.
Barangkali ketika mendengar kakak-kakak tingkat yang sudah diwisuda, nama-nama perusahaan bermunculan menjadi buah bibir. Ada perusahaan yang berbau otomotif, finansial, sampai produk yang akrab di telinga.Â
Seminar hingga workshop diadakan baik himpunan jurusan maupun universitas untuk menunjang kebutuhan topik-topik itu. Mereka ramai menawarkan formula terbaik agar siap di dunia kerja berikut prospek industri yang cukup menjanjikan bila kita ingin berkecimpung.
Tak terkecuali, para tenaga pengajar pun menekankan hal serupa. Intinya mereka ingin mereka yang kini sedang berkuliah menjadi lulusan-lulusan terbaik.Â
Terbaik tidak hanya untuk mendongkrak akreditasi, tapi ditekankan juga untuk menyaingi kampus lain dalam hal tenaga kerja unggulan. Kajian akademis, penelitian, hingga aksi mahasiswa untuk menekan pemerintah sudah di sebelah mata.
Fokus telah bergeser terutama pada universitas swasta untuk menghasilkan buruh terdidik ketimbang kaum-kaum intelek. Ketimbang menjadi institusi pendidikan, universitas atau kampus lebih mirip sebagai industri pendidikan. Lantas bisa jadi timbul pertanyaan, apa buktinya?Â
Buktinya sederhana, kampus telah terjerumus, digenggam tangan-tangan tidak terlihat. Tangan-tangan itu menarik kampus dalam-dalam, menundukannya di bawah mekanisme pasar. Lebih jelasnya pasar buruh terdidik.
Hasilnya, hadirlah kampus sebagai supplier utama buruh terdidik bagi perusahaan-perusahaan. Memenuhi permintaan mereka akan sebuah buruh-buruh muda terdidik yang siap menunjang produksi, laba, dan keberlangsungan perusahaan mereka. Di sini kampus telah menjelma dari sebuah institusi menjadi sebuah industri.
Penyebutan industri tidaklah salah. Justru faktanya menunjukkan bahwa praktik-praktik pendidikan yang dilakukan di dalam kampus tidak jauh berbeda dengan industri manufaktur pada umumnya. Sederhananya sekadar memberi nilai tambah kepada suatu barang mentah agar laku di pasaran.
Kampus melakukannya dengan melakukan proses pendidikan ala industri. Lulusan SMA masuk, diproses dengan puluhan ribu jam belajar berikut dengan tugas dan ujian atas dasar membangun etos kerja, disiplin, dan kemampuan akademik.Â