Apabila diperhatikan dengan betul, sekilas kekejaman yang terjadi pada Gestok tentu tidak seberapa bila dibandingkan dengan penumpasan terduga PKI pada 65-66. Pada Gestok, jumlah korban yang tercatat adalah tujuh orang jendral dengan dua korban tambahan beserta para pelaku Gestok yang telah ditumpas. Namun, berbeda halnya dengan penumpasan terduga PKI, walaupun belum terbukti Sarwo Edhi Wibowo (Komandan RPKAD saat itu) memperkirakan terdapat 3 juta orang telah terbunuh atas nama unsur Komunis. Baik melalui penyiksaan, penculikan, pembunuhan, maupun perbudakan. Disamping itu, pembantaian juga digardai oleh polisi, militer, grup paramiliter, sejumlah mahasiswa, hingga agamawan.
Hal itu dipertegas dengan sejumlah data seperti Komisi Pencari Fakta (Robert Cribb, Abera; 2001) mencatat sekurangnya 78.000 orang terbunuh walaupun beredar kabar bahwa angka tersebut sebenarnya berjumlah 780.000. Sementara itu, Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan Dan Ketertiban, Komando Militer untuk Pemulihan Keamanan dan Gangguan) melaporkan bahwa korban berjumlah satu juta orang (800.000 di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta 100.000 masing-masing di Bali dan di Sumatera). Dengan data-data tersebut, PKI yang semula dianggap pelaku kekejaman bisa dikatakan telah berganti status menjadi korban.
Akhirnya, demikianlah sejarah kelam Indonesia. Bayang-bayang ilusi sejarah yang seolah-olah hanya menyalahkan PKI lebih mirip makna miring sejarah dalam bahasa Inggris yaitu His-Story ‘Ceritanya’ beserta kutipan terkenal Winston Churchill (Mantan Perdana Menteri Inggris), “History is written by the victors” ‘Sejarah ditulis oleh para pemenang’. Hal itu pun harus diakui bahwa sebagian besar buku-buku sejarah hingga kurikulum sejarah sekolah masih menerangkannya sepotong-potong. Lagi-lagi sejarah harus ditulis apa adanya sesuai keinginan mereka. Namun, tidaklah adil jika hanya PKI yang dipandang pada bulan September. Kasus Munir (7 September), malapetaka Tanjung Priok (12 September), penembakkan Semanggi II (23 September), dan 30 September sebagai awal dari kejahatan HAM terbesar dalam sejarah Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H