Socrates merupakan seorang filosofi Yunani yang terkenal dan berperan besar dalam perkembangan ilmu filosofi. Socrates menggeserkan fokus pembahasan filsafat yang berawal fokus terhadap kosmos atau alam semesta, yang bergerak memikirkan lebih mengenai antropos atau manusia. Socrates pun menyatakan bahwa hidup yang tidak didalami atau dievaluasi merupakan hidup yang tidak bernilai. Apabila kehidupan manusia hanya hidup yang tidak bernilai maka manusia tidak memiliki perbedaan dengan makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Manusia juga merupakan makhluk sosial sehingga interaksi dan saling mengenal merupakan ciri dasar manusia, tetapi sebagai manusia kita juga perlu mengenal diri sendiri.
Self-knowledge merupakan hal yang penting bagi manusia, hal ini dikarenakan dapat membantu kita untuk menentukan jalan untuk menuju suatu pencapaian dan merasa bahagia. Tanpa adanya self-knowledgement ini tentu akan membiarkan individu ke jalan tanpa arah dan ambisi yang kosong. Apabila individu memiliki self-knowledgement yang baik maka individu memiliki kemampuan untuk menghindari kesalahan ketika berinteraksi dengan individu lain dan pengambilan keputusan dalam hidup.Â
Socrates juga memiliki prinsip know thyself, yang pokok dasarnya berasal dari pemahaman untuk mengetahui batas kemampuan diri sendiri. Pada awal sebagai manusia kita perlu menanyakan kepada diri sendiri, "siapakah aku?" atau "Who We Are?". Hal ini perlu ditanyakan ke diri sendiri, apakah kita secara personal sudah mengenal diri sendiri? apa yang kita tujukan dalam hidup ini?. Ketika manusia tidak mengetahui siapa dirinya, tidak memiliki kejelasan dengan apa yang diinginkan  dan dibutuhkan maka dapat berdampak negatif seperti; melakukan sesuatu yang tidak perlu atau jangan dilakukan. Maka untuk menghindari  misorientasi kehidupan manusia perlu berupaya untuk mengenali diri.Â
Kemudian ada pertanyaan, "Siapa kita seharusnya?" atau "Who We Should Be?". Hal ini dapat diketahui setelah manusia sudah mengenali dirinya, manusia bisa mempertanyakan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan. Manusia mengetahui apa yang baik dan buruk, benar dan salah. Socrates juga mengenalkan tiga penyaringan ketika manusia berhadapan dengan sesuatu yakni; "Is it true?", "Is it kind?", dan "Is it necessary?". Diawal dengan bertanya apakah sesuatu ini benar atau tidak, jika benar dilanjutkan dengan bertanya apakah hal ini baik untuk dilakukan?. Apabila baik maka dapat bertanya apakah itu ada urgensi dan penting untuk dilakukan?. Hal ini berhubungan dengan penguasaan diri manusia, maka manusia pelu memiliki penguasaan diri untuk melakukan yang seharusnya dilakukan dengan membaikan dampak yang baik dan apa yang seharusnya tidak dilakukan atau berdampak buruk.Â
Setelah manusia sudah mengenali diri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya, dan dapat menguasai diri, maka dilanjutkan dengan bagaimana ingin membentuk atau memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Socrates menjelaskan, "The easist and noblest way is not to destroy others, but to improve yourself", yang berarti jalan yang paling mudah dan mulia yakni bukan dengan menghancurkan orang lain, melainkan memperbaiki diri sendiri. Pengembangan diri ini dapat dikontribusikan oleh berbagai macam hal seperti; membandingkan diri dengan orang lain, mendapat penilaian dari orang lain, pengalaman dari orang lain, dll. Hal yang penting dalam pengembangan diri ini adalah menerima feedback atau umpan balik. Menerima feedback ini bertujuan sebagai sikap belajar untuk mendengarkan kritikan serta masukan untuk yang dipilah menjadi fondasi pembangunan diri.
Secara realita, saya sendiri juga merupakan manusia yang hidup. Manusia yang hidup harus memiliki jalan, harus memiliki ambisi untuk maju mencapai tujuan tertentu dengan pengendalian diri untuk bisa memililah keputusan untuk bertindak yang paling benar dengan mengevaluasi diri untuk pengembangan diri yang optimal. Ketika dikaitkan dengan bisnis, tentu mengenal diri menjadi fondasi untuk berhasil membangun suatu perusahaan. Kesuksesan juga berasal dari manusia yang mengendarai bisnis tersebut. Apabila saya mengaitkan pengenalan diri saya dengan bakat bisnis, saya berawal dengan merefleksikan diri kalau saya sekarang dalam kondisi seperti apa, saya menyadari saya sekarang umur berapa, mengetahui kemampuan serta ilmu apa yang miliki. Saya juga mengetahui kebutuhan yang saya perlukan. Setelah saya mengetahui tujuan yang ingin dituju, saya mencoba untuk menjabarkan semua probabilitas langkah yang saya harus ambil. Saya mendalaminya dan mencoba meyakini yang saya ingin lakukan ini berdampak baik atau tidak. Saya menghindari melakukan sesuatu pekerjaan yang pada akhirnya hanya membuat saya lelah dan tidak memberikan dampak yang besar. Hal tersebut dapat mengakibatkan lost pada kesempatan bisnis, bisa dibayangkan kita fokus kepada area yang levelnya sekunder dan dimana diluar ada orang lain sudah diatas kita karena memiliki fokus yang berbeda. Saya juga akan terbuka dengan saran dan kritik, keputusan untuk melakukan sesuatu tentu harus dievaluasi. Mengevaluasi diri ini dalam dunia bisnis melibatkan saya mendengarkan komentar dan saran dari pelangganan mengenai produk yang saya jual atau pelayanan perusahaan saya. Ketika sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari perusahaan kita, maka kita bisa mengetahui apa yang berikut harus dikembangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H