Mohon tunggu...
Vincent AldenTang
Vincent AldenTang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki hobi bermain basket, mampu beradaptasi dengan cepat dilingkungan yang baru, dapat bekerjasama dalam tim.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Punya Tetangga Baru? Artinya Kita Mempelajari Budaya Baru

10 November 2022   18:33 Diperbarui: 13 November 2022   02:00 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertetangga. (Sumber foto: semangatnews.com)

Diambil dari buku Samovar dengan judul Communication Between Cultures. Pada bab 10 dari  buku ini membahas mengenai Komunikasi Antarbudaya dalam Konteks Aplikasi dalam bisnis, pendidikan, dan kesehatan. 

Budaya dan konteks memiliki peran yang utama untuk menetapkan komunikatif yang sesuai untuk konteks sosial dan fisik yang berbeda. 

Hal ini tentu memiliki aturan yang memfasilitasi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dan hal ini juga mendarah daging.

Sehingga tidak perlu memikirkan tentang bagaimana dan aturan apakah yang akan kita gunakan saat kita berpindah dari satu konteks ke konteks lainnya. 

Selama kita melakukan interaksi komunikasi antar budaya, kesulitan bisa muncul jika lawan bicara kita memiliki standar komunikasi yang berbeda-beda. Ada tiga asumsi dasar dalam konteks komunikasi yaitu;

1. Komunikasi adalah Aturan yang Diatur

Aturan komunikasi mengatur perilaku verbal dan nonverbal dan juga menentukan tidak hanya apa yang harus dikatakan tetapi juga bagaimana cara kita mengatakannya. 

Aturan nonverbal ini meliputi sentuhan, ekspresi wajah, kontak mata, dsb. Sedangkan aturan verbalnya meliputi volume suara, pengambilan giliran, formalitas bahasa yang digunakan.

2. Konteks Menentukan Aturan Komunikasi

Asumsi ini mengatakan bahwa konteks menentukan kesesuaian aturan yang akan digunakan. Seperti pengalaman pribadi kita yang dimana kita harus memvalidasi posisi itu. 

Mempertimbangkan bagaimana konteks yang beragama ini seperti bank, gereja, ruang kelas, ruang sidang, pernikahan, atau sebuah acara olahraga menentukan aturan komunikasi mana yang akan kita ikuti. 

Juga seperti dalam sebuah wawancara kerja, tentunya kita pasti menggunakan kata-kata formal atau hormat, seperti “Pak” atau “Bu”, saat kita menanggapi pewawancara ketika wawancara kerja

3. Aturan Komunikasi Bervariasi Antarbudaya

Asumsi terakhir ini menyatakan bahwa aturan komunikasi itu sebagian besarnya ditentukan oleh budaya. Sementara konteks sosial yang sama di seluruh budaya (contohnya, negosiasi, ruang kelas, rumah sakit), aturan yang mengatur komunikasi dalam konteks ini seringkali berbeda. 

Akibat perbedaan konteks ini, konsep pakaian, waktu, sopan santun, bahasa dan perilaku non-verbal menjadi berbeda secara signifikan antar budaya.

***

Ilustrasi bertetangga. (Sumber foto: semangatnews.com)
Ilustrasi bertetangga. (Sumber foto: semangatnews.com)

Nah dari ketiga asumsi ini, dapat kita ketahui bagaimana orang itu harus bersikap dalam melakukan suatu komunikasi. Dari judul yang saya ambil yaitu “Punya Tetangga Baru? Artinya Kita Belajar Komunikasi Antarbudaya”. 

Tentunya kita dalam bersosialisasi di dunia ini kita pasti memerlukan aturan-aturan dalam menjalankan kehidupan kita supaya lebih tertata. 

Dalam kita bersosialisasi termasuk dengan tetangga baru baik kita sebagai pendatang atau tetangga tersebut yang sebagai tamu, itu akan menimbulkan tiga asumsi diatas tadi.

Asumsi yang pertama mengatakan bahwa komunikasi adalah aturan yang diatur, dimana jika kita memiliki tetangga baru tentunya kita memiliki tata krama dan aturan saat berkomunikasi dengan orang yang baru. 

Contohnya kita pasti harus menunjukkan bahwa kita harus sopan terhadap tetangga baru seperti menghargai apapun ras,agama,dsb. 

Hal tersebut akan membuat mereka merasa nyaman tinggal di daerah tersebut. Dimana selama kita tinggal didaerah tersebut kita pasti ketemu dengan tetangga tersebut.

Asumsi yang kedua yang menyatakan bahwa konteks menentukan aturan komunikasi yang sesuai. Contohnya misalnya kita menjadi tamu dan menjadi tetangga baru bagi orang disekitar tempat tinggal kita.

Itu tentunya kita akan mempelajari budaya-budaya yang terdapat dalam lingkungan baru tersebut, kita harus bisa beradaptasi atau menempatkan diri kita di lingkungan serta suasana baru.

Asumsi yang ketiga yaitu aturan komunikasi bervariasi antar budaya. Tentunya setiap daerah atau setiap orang memiliki budaya yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini tentunya menimbulkan sebuah aturan komunikasi yang tentunya aturan ini memiliki keanekaragamannya hal ini dipicu oleh perbedaan budaya tersebut.

 Nah jadi buat kita yang mau tinggal ditempat baru kita harus menempatkan diri kita dan menyesuaikan diri kita dengan tempat yang baru, ini juga bertujuan agar terciptanya kedamaian bagi kita dan orang lain dalam menjalani kehidupan

Daftar Pustaka:
Samovar,L.A, Porter, R.E ,McDaniel, E.R, Roy,C.S .Communication:Between Cultures. 14th edition. Cengage Learning. Boston:USA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun