Untuk teman-teman masa kecilku….mungkin kalian masih ingat aku sering menulis cerpen atau puisi.... dan aku penghayal kelas berat. Cerita remaja ini mengingatkan aku pada hobiku dulu....ehmmmm kira-kira tahun 1987-1992, aku cukup produktif menulis...hehehe...ini sebagian kecil saja tulisan itu, tulisan yang aku buat pada saat aku kuliah dan sangat-sangat sederhana bahasanya. Waktu itu referensi Novel dan Film ku masih sangat minim. Selamat menikmati.
AU REVOIR
Vina Tersenyum dalam hati saat dilihatnya sosok tinggi Ery bersandar di Halte bus pagi itu.
“Sudah lama menungguku? tanya Vina setibanya dihadapan Ery.
“Sudah dua jam aku disini…” Ery merengut, sementara Vina merasa tidak enak.
”Ery, kita kan janjian jam 10.00, dan ini baru 10.15...berarti aku Cuma terlambat 15 menit, kenapa kamu sudah menunggu selama itu???
”Aku kan duduk disini dari tadi sembari cari inspirasi, bukan hanya menunggu kamu...hehehe....” Ery tersenyum jahil.
”Issssssss......Ery, jahil deh kamu!!!” pekik Vina sambil mencubit pinggan Ery.
”Ampun...ampunnnn...” Ery meringis kegelian.
Merekapun berjalan beriringan. Ery menggandeng Vina saat menyeberang jalan, ditangan kanannya Ery memegang sebuah buku tebal. Vina tertarik untuk bertanya.
”Baca buku apa, Ry? Albert Camus, lagi??? tanya Vina
Alis mata Ery terangkat dan kepalanya menggelang.
“Ehmmmm…Jean Paul Sartre???
Sekali lagi kepala Ery menggeleng
“Terus, buku karangan siapa yang sedang kaubaca itu??? Dasar sastrawan, aneh-aneh...hahaha....”
Mata Ery membulat, dipandangnya gadis berlesung pipit didepannya…tiba-tiba Ery tersenyum.
“Eh, kenapa kamu senyam senyum begitu, Ry? tanya Vina heran
“Yang aneh itu kamu, Vin….kamu kuliah keperawatan tapi hampir semua bacaanmu buku-buku sastra….ngaku aja deh, kalau kamu suka ama sastrawan seperti aku, makanya kamu tergili-gila dengan sastra….”
“Wa….ngggak lah yauuuu…memang dari dulu aku suka sastra!!!! Belum kenal ama kamu juga aku sudah suka….huhhhh….”
”Hahahahaha....” tawa Ery pecah, Vina merengut manja. Ery sangat menyukai dan menikmati saat-saat seperti ini, dimana Vina mulai ngambek dan merajuk, gadis ini tambah cantik dimata Ery.
Mereka berdua kuliah pada Universitas yang sama tapi beda fakultas. Ery baru saja menyelesaikan kuliahnya di fakultas sastra Perancis, sedang Vina baru semester tiga di Fakultas Ilmu Keperawatan. Mereka bertemu saat OSPEK tahun lalu dimana Vina menjadi Cama-Cami dan Ery salah satu senior di SEMA.
Vina tiba-tiba berhenti berjalan dengan muka cemberut. Tawa Ery makin keras.
”Okey, Vina....kamu memang gadis yang unik sekali....teman-temanmu sibuk berkutat dan belajar tentang anatomi-fisiologi, perawatan luka, fraktur...tapi kamu malah membaca satra yang berat....Aku suka....” Ery merayu Vina.
”Tau....ahh...” Vina merajuk.
”Eitsssss....tambah manis aja sayangku ini..” Ery mencolek dagu Vina lembut.
“Huuuhhh…siapa yang mau jadi sayang kamu??? Dasar sastrawan sableng….sastrawan unik…”
“Tapi suka, kan???
”nggakkkkk....sori...”
Ery meraih tangan Vina dan digenggamnya. Vina masih jual mahal dengan sesekali menepis tangan Ery. Tapi Ery tetap berusaha menggenggam tangan Vina.
”Kalau kamu nggak suka aku....nggak apa-apa, yang penting, aku suka ama kamu....”
Muka Vina memerah, dia berusaha menghalau rasa asing yang kerap menyusup hatinya bila ia sedang berjalan berduaan dengan Ery. Entah sejak kapan rasa itu muncul, Vina amat menikmatinya.
”Vin, bener nih, mau tau apa yang sedang aku baca saat ini? Kamu pasti tertarik”
”Apa???
”Terre Des Hommes....atau bahasa Indonesianya Bumi manusia....ceritanya tentang pilot pesawat tempur yang bertanggung jawab mengantarkan surat. Cerita dibuku ini menggambarkan renungan seorang pejuang selama melaksanakan misi yang sia-sia dan berbahaya diatas jalur Jerman.” Ery menerangkan pada Vina
”wowwww...kayaknya menarik sekali buku itu....siapa pengarangnya??? Mata Vina berbinar.
”Kamu pasti tahu, karena beberapa buku terjemahannya dalam bahasa Inggris dan Indonesia pernah Vina baca, ehmmm...judulnya Little Prince dan Citadelle”
”Oooo....Yup!!! Aku tahu....Antoine De Saint Exupery....” Vina memekik
”Betul, Vin....bagus, kan??? Nanti setelah buku ini selesai aku baca, akan kupinjamkan padamu...ehmmm..atau kuberikan padamu...”
Vina tersenyum lebar, dia memang penggila sastra. Baginya kuliah di Fakultas ilmu keprawatan hanya untuk membahagiakan orangtuanya. Mereka menginginkan Vina kelak bisa bekerja di Rumah Sakit.
Dalam hati kecil Vina ia menyukai sastra dan seni . Bertemu, berkenalan lalu berteman dengan Ery membuat dirinya bisa bereksplorasi dengan sastra dan kesenian.
Mereka sering berdiskusi tentang sastra, terlebih satra Inggris dan Perancis karena Ery kuliah di jurusan Sastra.
Mereka juga sering ke tempat-tempat pagelaran seni dan menonton pertunjukan teater.
Bagi mereka, hidup harus seimbang, masa muda digunakan untuk menjelajahi dunia dan isinya...Body and soul...seni menambah keindahan, harmoni dalam kehidupan dan juga menambah wawasan.
Pagi itu mereka mendatangi pameran lukisan abstrak di sebuah galery seni.
Ery tetap menggenggam tangan Vina, sementara hati Vina tidak berhenti menyanyikan gita bahagia. Tapi Vina tidak pernah berani bermimpi Ery kelak menjadi pacarnya.
Siapa yang tidak kenal Ery?? Pemuda yang banyak digandrungi wanita. Matanya setajam elang, senyumnya membuat runtuh hati banyak wanita...termasuk dirinya??? Ahhh...Vina menepis rasa asing yang singgah dihatinya. Bisa dekat seperti ini saja sudah membuatnya bersyukur. Banyak teman-teman wanita yang iri padanya.
Selesai mereka melihat-lihat lukisan, Ery mengajak Vina mampir di Cafe disamping galeri seni itu.
Suasananya nyaman dan teduh. Ery ingin menyampaikan sesuatu pada Vina....
Vina menangkap kegelisahan Ery dan hatinya mendadak tidak enak. Ery memesan es jeruk kesukaan Vina dan juice alpokat untuk dirinya.
Ery memandang gadis didepannya, dia mencoba tersenyum tapi sulit sekali…huhhh kenapa jadi begini, pikirnya
Yang ditatap juga jadi salah tingkah.
”Ery, ada apa? Ada sesuatu yang ingin kau sampaikan? Hati-hati Vina bertanya pada Ery.
Ery semaki gelisah, dikeluarkannya sebuah suart bersampul putih bersih.
”Bacalah...” Ery menyodorkan surat itu pada Vina. Sampul surat itu tertuliskan nama Ery...Ery Indarto.
”Surat apa ini, Ry??? Ini surat untuk kamu, kenapa aku harus membacanya?? Vina kebingungan.
”Bukalah....”
Perlahan Vina membuka sampul surat itu...matanya terbelalak tak percaya...SORBONNE UNIVERSITY.....
”Ery...kamu diterima di Sorbonne??? Selamat Ery...Proficiat!!! pekik Vina. Vinapun menjabat tangan Ery dengan semangat.
Respon Ery datar saja. Ada sesuatu yang hilang dari hatinya.
”Ery...what’s wrong??? Vina tercekat. Dia tidak menyadari kegembiraannya atas diterimanya Ery di Sorbonne university sebenarnya menyayat hatinya juga. Tapi Vina berusaha sekuat tenaga menutupinya....
”Nothing...ehmmm...yuk kita pulang, hari sudah siang, pasti nanti mamamu mencarimu..” Ery mengajak Vina pulang.
Selama diperjalanan mereka saling membisu. Banyak yang berkecamuk dibenak keduanya.
Sesampainya dirumah Vina, mereka duduk-duduk dulu diruang tamu. Kebisuan masih menyelimuti keduanya.
”Ehmmm...Vin, minggu depan aku harus berangkat ke Paris” Ery memecah kebisuan.
”Ry, pergilah...itu impianmu. Dulu kamu sering cerita memimpikan dirimu kuliah di Sorbonne University, dan kini kamu telah meraihnya....” suara Vina lirih
”Vin....Tu vas me manquer, ma chere....” Ery meraih jemari Vina, menggenggamnya. Vina tidak menolak. Saat Ery juga mengecup jemarinya, hati Vina menghangat....tubuhnya mendadak kaku dan lidahnya kelu.
”Ery, artikan kata-katamu tadi....” malu-malu Vina bertanya pada Ery. Ery tersenyum dan dikecupnya sekali lagi jemari Vina.
“I will miss you, my dear….”
Muka Vina memanas, apalagi mata tajam Ery menatapnya. Ohhhh….berupa-rupa rasa menyergap dirinya. Senang, sedih, bahagia, bingung…..
Apa yang dulu takut diimpikan Vina menjadi kenyataan….menjadi pacar Ery, tapi Vina akan ditinggal Ery ke Paris untuk waktu yang cukup lama.
“Vin…bolehkan aku tinggal dalam hatimu?? Apakah kamu akan menungguku?? Ery bertanya pada Vina.
Vina tercekat, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan. Semuanya samar dan kabur....
Vin, aku tahu, susah bagimu untuk menjawabnya....aku berusaha memahamimu.”
”Aku pamit dulu....” Ery berdiri.
“Ery….” Vina ikut berdiri, dihantarnya Ery sampai halaman depan.
”Ery....tolong artikan dalam bahasa Perancis...” Vina menahan langkah Ery. Badan Ery berputar, berhadapan dengan Vina.
”Apa sayang....??
”I just want to say....”
“Je ve eux juste dire….” Ucap Ery
“Je ve eux juste dire….” Vina mengulang ucapan Ery.
“Remember me always”
“Se souvenir de moi toujours….” Ucap Ery
“Se souvenir de moi ….” belum selesai Vina mengulang ucapan Ery, tiba-tiba jari telunjuk Ery menutup bibirnya…diangkatnya dagu Vina, dan Ery mengecup lembut bibir Vina lembut, sambil berbisik….”It must be dear….I won’t forget you”
Pyarrrrr….dada Vina seakan meledak, rupa-rupa warna berpendar-pendar dihatinya...merah, kuning, biru...
Setelah itu Ery berbalik lagi dan melangkah, langkahnya tegap dan pasti. Ada beban yang hilang saat itu.
Vina masih terpaku ditempatnya. Ada yang hilang dari hatinya. Vina sadar, separuh hatinya telah dibawa pergi oleh Ery. Ada sedikit rasa berat dihatinya. Apakah benar Ery akan mengingatnya...jarak diantara mereka amat jauh.
Vina menghembuskan nafasnya....dia merelakan hatinya dibawa pergi Ery. Entah sampai kapan.....dan apakah Ery akan kembali???? Vina tidak perduli. Yang ia rasakan saat ini adalah langkah Ery yang menjauh dan Vina juga merasa Ery tidak akan kembali untuknya....Au Revoir Ery....terima kasih telah mampir dihatiku...” gunam Vina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H