Mohon tunggu...
Vina Zulkarnain
Vina Zulkarnain Mohon Tunggu... -

Jadi aktivis demi anak-anak saya: Lintang dan Bayu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dibanding Foke, Nachrowi Lebih Berpeluang

26 Juli 2011   06:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:22 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Prahara “Nazaruddin” yang menerpa Partai Demokrat berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap partai tersebut. Namun, partai yang didirikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini dinilai masih menarik bagi elit yang berniat maju sebagai calon gubernur di sejumlah daerah, tak terkecuali DKI Jakarta.

Sebagai partai dengan jumlah kursi terbesar di ibukota, Partai Demokrat adalah kendaraan politik yang paling aman. Ia dapat melenggang sendirian untuk mengajukan pasangan calon gubernur tanpa harus bersusah payah merajut koalisi dengan partai lain. Soal apakah Partai Demokrat masih dipercaya publik itu urusan nomor sekian. Soal kandidat yang diusung itu dapat diterima publik juga nomor belakangan. Yang jelas, ibarat mobil, Partai Demokrat siap untuk dikendarai.

Sejauh ini ada dua figur yang disebut-sebut media sebagai kandidat yang diperkirakan akan memakai Partai Demokrat sebagai kendaraan politik untuk meraih Kursi DKI 1. Mereka adalah calon incumbent Fauzi Bowo dan Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta Nachrowi Ramli. Internal partai di level DPD maupun DPP masih menimbang-nimbang siapa kandidat yang bakal mereka usung. Tidak tertutup kemungkinan ada calon alternatif di luar Foke—sapaan Fauzi Bowo—dan Nachrowi.

Dukungan elit partai di level DPP dan restu SBY adalah syarat utama untuk mendapatkan dukungan resmi Partai Demokrat. Dua syarat itulah yang menjadi penentu keluarnya putusan Majelis Tinggi Partai Demokrat mengenai calon Gubernur Dki Jakarta. Dan untuk persyaratan ini, sepertinya Nachrowi Ramli lebih unggul dibanding Foke. Sebagai “empu”nya Demokrat DKI, Nachrowi tentu saja lebih mengenal dan intens menjalin komunikasi dengan elit DPP Partai Demokrat. Dibanding Foke yang belum lama masuk Partai Demokrat—itupun bukan posisi kunci—Nachrowi tentu punya jalur khusus menuju restu Cikeas, yang mungkin tidak dimiliki oleh Foke.

Sebagai pimpinan tertinggi Partai Demokrat di DKI Jakarta, Nachrowi pasti juga tidak serta-merta memberikan kendaraan politik kepada calon lain. Dalam sejumlah wawancara dengan media, ia secara tegas menyatakan keseriusannya untuk maju. Ia juga mengklaim telah mendapat amanat dari Musda DPD PD—yang merupakan forum tertinggi di level Provinsi dan menjadi representasi saura kader Partai—untuk mencalonkan diri sebagai cagub. Modal itu bisa menjadi dasar untuk mempersuasi SBY dan majelis tinggi partai untuk menetapkan dirinya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Keberadaan Nachrowi bisa menjadi penghalang serius bagi Foke untuk mendapatkan tiket dari Partai Demokrat. Selain faktor kedekatan, Bang Kumis juga belum teruji kontribusinya terhadap partai. Belum lagi munculnya tudingan kepada Foke yang dinilai tak lebih sekadar “bajing loncat” yang keluar dari Partai Golkar dan masuk Partai Demokrat hanya untuk mendapatkan tiket maju kembali sebagai Gubernur.Ini tentu bisa memunculkan resistensi dari kader partai yang merasa lebih lama dan lebih banyak berkontribusi terhadap Partai Demokrat.

Selain kendala internal, faktor eksternal juga bisa menjadi penghalang bagi Foke untuk mendapatkan tiket dari Partai Demokrat. Salah satu faktor eksternal adalah tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Pemda DKI di bawah pimpinan Foke. Banyak warga yang mengaku kecewa lantaran tidak ada prestasi yang diukir selama masa kerjanya. Simak saja situs jejaring sosial seperti twitter dan facebook. Kritik akan kinerja Foke, keluhan-keluhan tentang kemacetan, hilangnya rasa keamanan publik kerap muncul saban hari di situs jejaring sosial maupun media konvensional. Hal ini tentu bisa berpotensi membuat tidak nyaman elit Partai Demokrat. Terbukti, beberapa elit Partai Demokrat sudah mulai mengkritik keras Foke secara terbuka. Dan ini adalah sinyal tidak bagus bagi Foke yang sedang berupaya mendapatkan sokongan Partai Demokrat.

Rasa-rasanya, Foke perlu mencari cara lain jika ia kesulitan mendapatkan dukungan partai politik. Jalur independen adalah pilihan terakhir bagi dia agar tidak kehilangan asa untuk kembali berlomba merebut kursi DKI 1. Tetapi ia juga perlu bersaing dengan calon lain seperti Faisal Basri yang sedari awal sudah declare akan maju melalui jalur independen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun