Begitulah Smartphone menjadi sangat pintar ketika kita mampu menggunakannya dengan pintar juga. Lampu kedap kedip dilayar smartphone itu secara tiba - tiba hidup, iseng aku membuka dan membaca broadcast teman yang kufikir tak pernah akrab dengan sistem kirim pesan seperti itu. Akupun rasanya tak pernah tertarik dengan sistem pengiriman pesan itu. Dan sepintas kulihat ada tulisan "sinabung" yang nemplok dipesan itu. Membaca bait pertama aku masih dengan ekspresi datar khas pembaca broadcast, membaca bait - bait berikutnya aku "lumayan" terkejut dengan angka yang tertulis cantik dipesan itu. 15 Milyar RUPIAH.
Membaca satu kata berikutnya aku cuma geleng - geleng kepala, luar biasa! Tenda dengan bandrol harga 15 Milyar dipersiapkan untuk papi beye yang terhormat, yang notabene hanya numpang tidur semalaman saja disana. Gak mikir apa? Itu pengungsi udah lebih dari 4bulan tinggal disana dengan memanfaatkan "peralatan tempur" yang ala kadarnya. Menempati los - los pasar yang kosong dengan "hanya" beralaskan tikar dan bahkan spanduk - spanduk kampanye yang sengaja "dicuri" untuk menghangatkan diri. Menempati gedung - gedung dan rumah - rumah ibadah yang pada dasarnya tak menyediakan tempat tidur yang layak.
Akupun tak lantas buru - buru menyalahkan papi beye dalam hitungan angka - angka fantastis "hanya" untuk sekedar tenda atap tidur sementara. Pertanyaannya, itu TENDA apa "TENDA"? Sepengingatku selama "pernah" bergabung dalam dunia pecinta alam dan daki mendaki serta kemah berkemah, aku baru tau ada tenda seharga 15 Milyar. Sementara kufikir, tenda dengan bandrol harga termahalpun dalam jajaran merek2 terkenal sudah sangat nyaman dihuni. Pertanyaan - pertanyaan imajinasiku semrawut dikepala, "itu tenda terbuat dari apa yah?" "tenda itu belinya dimana?" "apa iya tenda itu berlapiskan emas murni?"
Dan lagi, aku kembali mengurut dada mengingat nominal yang digadang - gadang papi beye untuk hanya sebuah tenda. Rasanya duit sebesar itu bisa dipetik dipohon - pohon terdekat. Kalo sipapi mau disambut dengan kemewahan jangan datang kelokasi bencana, lokasi bencana itu tempat orang susah yg butuh bantuan. Bukankah sebaiknya anggaran sebesar itu digunakan untuk hal yg lebih bermanfaat, semisal pembangunan kembali pemukiman yg rusak karna bencana, atau penggantian kerugian pasca gagal panen, atau mungkin untuk penggantian lahan yang akan direlokasi. Karena pengalaman di Negara RI ini, urusan ganti mengganti tanah masyarakat prosesnya sangat lamban, beda dengan ketika pejabat - pejabat terhormat hendak "jalan - jalan" belajar tentang "etika" keluar negeri, hitungan jam saja sudah bisa "cair" dana itu.
Rasanya aku cukup tertarik untuk menyaksikan tenda jenis apa yang akan dihuni dalam waktu semalam oleh papi beye nantinya. Yah, mungkin saja tenda itu di import dari luar negeri atau mungkin terbuat dari lapisan emas murni, agar papi beye nyaman menempatinya. Mengesampingkan kenyamanan yang seharusnya didapat para penyintas. Miris melihat bentuk nyata dari perbadaan manusia - manusia ini, antara "Tenda 15milyar" dan "Tenda pengungsian".
Salam!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H