Mohon tunggu...
FINA TRYAS NORDIANTIKA
FINA TRYAS NORDIANTIKA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi S1 Prodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang Tangerang Selatan

Fina Tryas Nordiantika adalah seorang Mahasiswi yang memiliki hobi membaca artikel bergender pengembangan diri dan mulai menekuni dunia kepenulisan kreatif.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sopir Bus Kesayangan

16 April 2023   22:32 Diperbarui: 16 April 2023   22:34 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hari Raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Setiap orang telah siap berkemas untuk mudik, tidak sabar untuk segera bertemu dengan keluarga di kampung halaman sampai-sampai terbawa mimpi. 

Tidak jarang dari mereka yang sudah membeli tiket transportasi jauh-jauh hari demi bisa pulang tanpa menggeser hari. Siapa juga yang mau kehilangan barang sedetik untuk bisa bercengkerama Bersama keluarga karena kehangatan itu hanya terjadi setahun sekali. Momen seperti ini takkan terganti. 

Ada seribu jalan menuju ke Roma, ada banyak cara demi bisa bertemu orang-orang tercinta: yang kantongnya tebal lebih beruntung karena bisa membeli tiket pesawat dan lebih cepat bertemu sanak saudara; yang pas-pasan harus lebih legawa duduk di kursi bus ataupun kereta dan harus lebih bersabar menunggu berjam-jam untuk bisa berpelukan dengan bude, pakde, dan keponakan-keponakan imut yang berlarian di pelataran rumah mbah; yang Cuma modal bensin malah nekat naik motor menerjang hujan dan panas demi bisa sungkem kepada kedua orang tua di kampung halaman tercinta.

Pulang kampung memang telah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia setiap tahunnya. Pemerintah bahkan telah memfasilitasi dengan menambahkan armada transportasi umum untuk bisa mengangkut para urban yang ingin pulang ke kampung halaman. 

Salah satu transportasi andalan pemudik tersebut adalah bus. Kendaraan roda empat yang mampu mengangkut puluhan penumpang di dalamnya itu memang menjadi primadona bagi orang-orang yang berkantong cekak alias ekonomis. 

Walaupun sekarang sudah bermunculan bus-bus kelas eksekutif, tapi masih ada juga yang lebih memilih bus ekonomi. "Toh, sama-sama busnya, mending yang biasa saja. Takut retak kalkulatornya kalau tidak direm pengeluarannya. Duitnya mending buat keponakan-keponakan di kampung, namanya juga Lebaran." mungkin begitu pikir mereka. 

Bus memang transportasi sejuta umat. Terinspirasi dari sinilah saya menulis puisi "Sopir Bus Kesayangan" ini. Selain untuk menyalurkan kegabutan, puisi ini juga merupakan pelepasan rasa rindu saya kepada Abah, panggilan saya kepada ayah, yang telah berpulang tepat sepuluh tahun yang lalu. Beliau dahulu berprofesi sebagai sopir bus DAMRI sebelum pension pada tahun 2004. Itu mengapa hati saya selalu menghangat setiap kali ada bus yang melintas. 

Padahal saya tidak menyukai transportasi ini karena selalu membuat perut saya terasa mual dan ingin mengeluarkan isinya. Kalau dipikir-pikir lucu juga. Itulah kekuatan cinta, Ketika kita menyimpan rasa, apa yang tidak kita suka pun terasa istimewa. Inilah puisi bukti cinta saya kepada ayah. Semoga Anda suka.

Sopir Bus Kesayangan

Karya Fina Tryas Nordiantika

Lusinan bus menepi silih berganti,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun