Bagi banyak orang, seks merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan. Padahal, pengetahuan tentang seks adalah penting karena hal ini dapat menjadi alat penyatu pasangan suami-istri dalam memberi dan menerima cinta. Kegiatan seks bukanlah semata-mata aktivitas di atas ranjang saja. Tetapi, dalam hubungan yang penuh cinta dan rasa saling percaya, seks menawarkan kesempatan untuk membuka diri dan menemukan kenikmatan sehingga pengalaman dan gairah seksual suami-istri akan meningkat.
Kenyataannya, dari hasil observasi dan bincang-bincang secara pribadi dengan teman-teman, saya menemukan bahwa aktivitas seks mulai berkurang bahkan seperti menghilang dari pasangan yang sudah bertahun-tahun menikah. Padahal, fisik mereka masih sehat dan kuat. Sebagian besar, kalau tidak dipusingkan oleh masalah tentang anak, ya tenggelam dalam pekerjaan dan kegiatan rutin sehari-hari. Sehingga, tidak ada lagi energi yang tersisa untuk memadu kasih dengan pasangannya. Akibatnya, aktivitas seksual menjadi minim dan tidak nikmat lagi. Konsekuensinya, kehidupan seks banyak pasangan menjadi hambar dan mati sebelum waktunya.
Seks sangat berkaitan dengan segala aspek dalam kehidupan sehari-hari. Seringkali, salah persepsi atau ketidaktahuan kita dalam menyikapi persoalan seks secara tidak langsung telah mengakibatkan hubungan suami-istri menjadi renggang dan retak. Bahkan, dalam banyak kasus, hal ini sebagai pemicu terjadinya perceraian.
Teman saya yang bernama Nuri (bukan nama sebenarnya) pernah bertanya, "Bagaimana mungkin seorang suami yang tidak memahami aktivitas seks bisa mengerti dan memahami kenikmatan dalam bercinta? Setiap kali akulah yang harus memulai. Itu pun sering ditolak dengan alasan capek. Lama-kelamaan kita juga bisa malas dan jadi mati rasa, benar 'kan, Vin?"
Wah, gawat juga ya??? Pantas, setiap kali bermasalah dengan suaminya, dia selalu menelponku untuk mengeluarkan uneg-uneg-nya. Dari curhat-curhat rutin inilah akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa tanpa disadari, seks termasuk salah satu pemicu masalah komunikasi antara Nuri dengan suaminya.
Setelah terdiam sejenak, saya pun mulai memberikan penjelasan tentang pentingnya seorang perempuan mengenal dan peka terhadap tubuhnya sendiri. Terus terang, pengetahuan ini saya dapatkan dari buku yang dibaca saat masih kelas tiga SMA dulu. Jadi, memang sudah lama sekali. Bukunya berjudul "Every Woman" dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Buku ini mampu meningkatkan wawasan kita tentang pendidikan seks dan merupakan salah satu buku terbaik dan sangat berguna yang pernah saya baca. Isinya tidak hanya mengajarkan bagaimana mendapatkan kenikmatan seks, tetapi juga menjelaskan akibat-akibat yang timbul jika seks dilakukan secara liar, bebas dan sembarangan. Jadi, kita harus benar-benar mampu mengontrol diri dan berpikir jernih serta tidak mengikuti hawa nafsu saja agar terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat merusak kualitas keturunan kita kelak.
Kemudian, saya meneruskan, "Jika kita memiliki hubungan yang mesra dan harmonis dengan pasangan, maka kemungkinan besar penyelewengan tidak akan terjadi. Bahkan, saat anak-anak semakin besar dan menjadi lebih mandiri, kita akan punya lebih banyak waktu untuk menumbuhkan dan menguatkan kembali tali cinta dan kasih dengan pasangan. Tentu saja ini baru mungkin jika komunikasi berjalan mulus. Bagaimana Nuri? Kamu setuju tidak dengan pernyataanku ini?"
Nuri menganggukkan kepalannya. "Tapi Vin, bagaimana aku mampu membuat keadaan menjadi lebih baik? Suami sering membuat aku frustrasi. Walaupun dia itu baik dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarga kami, tapi banyak hal yang kini telah sirna dan lenyap dalam hubungan kami berdua."
"Nuri, tidak ada hal yang sulit di dunia ini asal kita mau berpikir jernih dan melakukan segala sesuatu dengan tulus dan dari lubuk hati yang terdalam. Aktivitas seks yang positif sebenarnya berawal dari hal-hal kecil yang sering kita lewatkan. Tidak usah terus mencari-cari kesalahan dan kekurangan pasangan kita. Tetapi, marilah kita mulai dari diri kita sendiri dulu dengan melakukan beberapa hal sederhana yang dapat memberikan rasa dan warna pada hubungan kalian yang telah hambar dan memudar itu."
1. Senyuman
Saat beradu pandang dengan suami di pagi hari dan ketika menyambut kepulangan suami dari kantor, cobalah untuk tersenyum. Berikan senyuman termanis hanya untuk dia. Hal ini tentu akan membuat hatinya damai dan tentram setelah seharian bekerja demi keluarga. Suami pasti akan senang bila tahu istri yang dicintainya merasa bahagia. Dengan demikian, akan timbul keinginan untuk selalu berada di dekat kita.