Mohon tunggu...
Dr. Ir. Vina Serevina
Dr. Ir. Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Doktor Pendidikan Fisika
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

S1 Teknik Fisika ITB S2 Magister Manajemen UPI Jakarta S3 Manajemen Pendidikan UNJ

Selanjutnya

Tutup

Nature

Belajar Mitigasi Gempa Ala Jepang

24 November 2021   09:34 Diperbarui: 1 Desember 2021   09:07 1243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Nurul Fatimah, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2021.

Sumber: Wikipedia

Dilihat dari letak geografis, Indonesia dan Jepang berada di kawasan Cincin Api Pasifik atau disebut Ring of Fire. Cincin Api Pasifik sendiri adalah gugusan gunung berapi yang terletak di Samudera Pasifik. Dimana hal ini menyebabkan sering terjadinya bencana seperti gempa bumi dan gunung meletus. Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan khusus untuk menanggulangi permasalahan ini. Sebagai wilayah yang rawan bencana, wajar jika kedua Negara memiliki cara untuk mengawasi maupun menanggulanggi bencana. Pemerintah yang memiliki tanggung jawab untuk mengantisipasi terjadinya bencana, salah satu caranya adalah mitigasi.

Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007, mengatakan bahwa Pengertian Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi merupakan tahap awal penanggulangan bencana alam untuk mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Atau dapat dikatakan Mitigasi adalah kegiatan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran masyarakat yang tinggal di  wilayah rawan gempa.

Mitigasi sendiri bertujuan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari adanya bencana, khususnya untuk para penduduk. Mitigasi juga dijadikan landasan atau pedoman untuk perencanaan pembangunan yang meminimalisir kerusakan akibat gempa. Mitigasi dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak dan resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

Jika melihat usaha pemerintah Indonesia dalam penanganan bencana dapat dikatakan cukup baik, seperti penyaluran logistik terhadap korban bencana alam berupa obat, makanan serta pembuatan tenda-tenda pengungsian. Namun sampai saat ini Indonesia masih tertinggal dengan cara mitigasi di Jepang, contohnya dalam hal peringatan dini jika terjadi bencana alam terutama gempa bumi. Terlebih lagi, masih banyak penduduk Indonesia yang masih belum paham dan familiar mengenai cara menghadapi bencana, dan menjadi panik jika gempa terjadi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar bagaimana cara Jepang melakukan mitigasi gempa bumi, bagaimana penduduk Jepang dilatih sigap menghadapi gempa agar dapat meminimalkan jumlah korban dan kerusakan.

casa-indonesia-61a6d5e506310e407d39c1c3.jpg
casa-indonesia-61a6d5e506310e407d39c1c3.jpg
Sumber: Casa Indonesia

Yang pertama ada Rumah tahan gempa. Untuk memastikan keselamatan penduduk, rumah-rumah penduduk yang baru dibangun harus dirancang agar tahan terhadap gempa. Dengan begitu, gempa bumi yang kuat pun tidak mudah untuk merobohkan rumah tersebut. Di Jepang sekitar 87 persen bangunan di Tokyo mampu bertahan terhadap guncangan gempa. Karena, semua bangunan harus mengikuti dua persyaratan ketat dari Pemerintah, yaitu bangunan dijamin tidak akan runtuh karena gempa dalam 100 tahun ke depan, serta bangunan dipastikan tidak akan rusak dala 10 tahun pembangunan. Hal ini dilakukan karena bangunan yang runtuh merupakan salah satu penyebab cedera dan kematian paling banyak. Selain untuk meminimalisir korban jiwa, rumah ini juga bisa mengurangi kerugian yang diakibatkan dari gempa.

tabloid-nova-grid-61a6d66a62a70403784a8982.jpg
tabloid-nova-grid-61a6d66a62a70403784a8982.jpg
Sumber: Tabloid Nova-Grid

Yang kedua, setiap ponsel pintar di Jepang sudah dipasang dengan sistem peringatan gempa bumi dan tsunami. Peringatan akan sampai ke pemilik ponsel pintar sekitar 5-10 detik sebelum bencana terjadi. Dengan demikian, penduduk masih memiliki waktu untuk segera mencari perlindungan diri, seperti berlindung di bawah meja. Di Indonesia sendiri sistem ini tidak familiar di kalangan penduduk. Karena di Indonesia harus mendownload aplikasi khusus, yaitu BMKG yang berisi informasi mengenai cuaca sampai peringatan bencana. Dan tidak banyak penduduk Indonesia yang menggunakan aplikasi ini di dalam kehidupaan sehari-hari.

kompas-internasional-61a6d69306310e7aa358aa73.jpg
kompas-internasional-61a6d69306310e7aa358aa73.jpg
Sumber: Kompas Internasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun