Berbicara tentang trauma, berita pada bulan Desember 2018 terjadi di Palembang. Seorang anak berinisial EL selama 4 tahun menjadi korban pemerkosaan oleh pamanya yang berusia 63 tahun. Korban disebut mengalami trauma.
Namun , penanganan kasus ini di kepolisian dinilai lamban karena sudah berbulan-bulan tak ada kemajuan signifikan. Dan relawan yang mendampingi korban mengatakan psikologis EL sangat hancur. Bahkan sejak kejadian itu EL yang kini berusia 14 tahun tidak bersekolah lagi. Korban dengar kata "Palembang" saja trauma ujar relawan saat ditemui di Rumah GP Ansor.
Dari kasus diatas kita rasakan betapa trauma yang dialami korban pasti berat dapat kita lihat dari yang dialami psikis sampai fisik.
Berkaitan dengan contoh diatas saya akan bahas apa sih yang dimaksud dengan trauma ?
Trauma berasal dari bahasa Yunani dari kata "Tramatos" yang artinya luka. Dalam kasus konseling (1997:231) Traumatik adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis. Konseling traumatik yaitu konseling yang diselenggarakan dalam membantu konseling yang mengalami peristiwa traumatik, agar konseling dapat keluar dari peristiwa traumatik yang pernah dialaminya dan dapat mengambil hikmah dari peristiwa trauma tersebut.
Konseling traumatik merupakan kebutuhan mendesak untuk membantu para korban mengatasi beban psikologis yang diderita akibat bencana gempa dan Tsunami. Guncangan psikologis yang dahsyat akibat kehilangan orang-orang dicintai, kehilangan sanak keluarga dll, bisa mempengaruhi kestabilan emosi para korban gempa. Mereka yang tidak kuat mentalnya dan tidak tabah dalam mengahadapi petaka, bisa mengalami gangguan jiwa dan stress yang sewaktu-waktu bisa menjadi lupa ingatan atau gila.
Penyebab terjadinya trauma kondisi trauma yang dialami individu disebabkan oleh berbagai situasi dan kondisi, diataranya:
- Peristiwa atau kejadian alamiah (bencana alam), seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah lonsor, dsb
- Pengelaman dikehidupan sosial ini, seperti pola asuh yang salah, ketidakadilan, penyiksaan, teror, kekerasan, perang, dsb.
- Pengalaman langsung atau tidak langsung, seperti melihat sendiri, mengalami sendiri dan pengalaman orang lain, dsb.
Semoga bermanfaat :d                                Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H