Adalah salah satu film Hollywood ber-genre romantis yang (menurutku sih) gak picisan. Ceritanya disajikan secara masuk akal tanpa takaran drama yang berlebihan. Â Film ini diadaptasi dari novel populer karya John Green dengan judul yang sama oleh 20th Century Fox yang disutradarai oleh Josh Boone.
Kalau kamu nonton film Divergent, pasti tahu tokoh Prior bersaudara, Tris (diperankan oleh Shailene Woodley ) dan Caleb (diperankan oleh Ansel Elgort ). Nah di film The Fault In Our Stars ini, mereka kembali disandingkan dan menjadi tokoh utama. Kali ini bukan sebagai kakak beradik, melainkan sebagai sepasang kekasih.
Sinopsis
Mengisahkan tentang Hazel Grace Lancaster  yang sejak berusia 13 tahun didiagnosa menderita kanker tiroid stadium 4. Ia pernah nyaris tewas akibat cairan yang memenuhi paru-parunya membuatnya tak bisa bernafas.
Namun, keajaiban datang setelah antibiotiknya bekerja mengeringkan cairan di paru-parunya. Hazel kembali sehat, meskipun tak sepenuhnya normal. Ia bergantung pada tabung dan selang oksigen yang harus dibawa kemanapun untuk membantunya bernafas.
Hazel tumbuh remaja dan terus menjalani hidup. Ia mengikuti kegiatan support group di sebuah gereja atas dorongan kedua orangtuanya, meskipun Hazel sangat tidak menyukainya. Di situlah ia bertemu dengan seorang lelaki 18 tahun bernama August Waters, penderita Osteosarkoma yang menyebabkan kaki kanannya diamputasi.
Sejak pertemuan pertama, Gus menyukai Hazel. Ia rela membaca sebuah buku berjudul An Imperial Affiction--buku favorit Hazel--yang berbeda jauh dengan seleranya. Hari-hari Hazel menjadi lebih menyenangkan dengan kehadiran Gus. Bahkan, Gus menggunakan satu-satunya "cancer wish" yang ia dapatkan dari sebuah Make A Wish Foundation--yaitu Genesis--untuk mewujudkan keinginan terbesar Hazel.
Point Terbaik
Mungkin sebagian besar masyarakat umum yang hidup "normal", menanggapi sebuah kanker dengan pandangan ngeri. Tapi di film ini, kengerian itu seolah gak ada, atau mungkin karena tidak terlalu didramatisir. Ya paling hanya ditampilkan sekitar 10%-nya aja. Yaitu ketika Hazel kesakitan karena paru-parunya dipenuhi cairan lagi. Atau ketika Gus sekarat di pom bensis setelah membeli rokok. Tapi adegan-adegan itu seolah hanya bumbu untuk menunjukan problem mereka aja yang notabennya menderita kanker. Toh si August masih bisa ceria dan bercanda di masa kritisnya.
Poin terbaik lainnya adalah film ini memperlihatkan sedikit salah satu kisah bersejarah di Amsterdam, yaitu Anne Frank. Saat itu, asisten Peter Van Houten mengajak Gus dan Hazel berkunjung ke rumah Anne Frank sebagai permohonan maaf atas sikap atasannya. Dalam adegan ini diperlihatkan (walaupun sedikit sih) Â arsitektur rumah tempat bersembunyi keluarga Frank pada masa pembantaian NAZI terhadap kaum Yahudi. Gara-gara scene ini, aku jadi penasaran dengan kisah Anne Frank. Mungkin akan jadi bahan untuk postingan lain. Hehe
Dialog Terbaik