Siang itu aku dan dia baru saja memasuki rumah makan. Setelah kami pesan beberapa menu, kamipun segera memilih tempat duduk. Tiba-tiba penglihatanku langsung mencari sesuatu.
Aku: “Tissue mana nih?”
Begitu melihat di meja sebelah ada tissue, langsung saja aku pindahkan ke meja kami.
Tanpa diduga dia berkomentar.
Dia: “Kamu tau nggak berapa banyak pohon yang ditebang untuk membuat tissue?”
Aku: “Ya banyak.”
Dia: “Nah uda tau kan kalau banyak, makanya kurangi pakai tissue. Karena kamu adalah teman dekatku, jadi aku berusaha mengingatkanmu. Katanya kan mulailah dari orang terdekat dulu. Hehe.”
Begitu mendengar komentarnya, aku jadi tersadar, bahwa memang benar kita harus mengurangi penggunaan tissue. Tapi kenapa?
Sumber: http://www.grassrootsmodern.com
Tanpa disadari penggunaan tissue yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan besar pada ekosistem hutan yang ada di dunia. Bila keberadaan hutan menyusut maka akan mengakibatkan erosi tanah juga menurunnya kemampuan hutan untuk menyerap CO2. Konsentrasi CO2 yang tinggi di atmosfirlah yang menyebabkan suhu bumi meningkat atau sering disebut Global Warming. Suhu bumi yang melampaui batas bisa mengakibatkan perubahan alam, mencairnya es di kutub (naiknya permukaan air laut) hingga hujan asam.
Selain jutaan pohon harus direlakan untuk membuat tissue, air pun demikian. Menurut informasi yang diperoleh, untuk memproduksi 1 Kg tissue diperlukan 30 liter air. Padahal hampir seluruh manusia di bumi ini pernah dan masih menggunakan tissue sampai detik ini. Itu berarti lebih banyak lagi pohon yang ditebang, dan air yang terbuang untuk membuat tissue. Perlu diketahui bahwa untuk dapat ditebang dan diolah kembali, sebatang pohon kayu membutuhkan waktu sekitar 6-8 tahun lamanya. Belum lagi dampak dari proses untuk mendapatkan warna putih pada tissue yang menggunakan berbagai bahan kimia, dimana limbahnya masih mengandung racun. Jadi bisa diprediksi betapa rusaknya bumi kita ini akibat penggunaan tissue yang berlebihan.
Sebenarnya tidak ada salahnya jika kita mencoba kembali menggunakan saputangan, selain lebih higienis (tidak mengandung bahan kimia pemutih), penggunaan saputangan juga merupakan wujud partisipasi nyata kita peduli terhadap bumi. Jika langkah itu belum mungkin untuk dilakukan, paling tidak bijaksanalah dalam menggunakan tissue.
Kita mungkin belum dapat melakukan hal yang besar, oleh karena itu lakukanlah hal kecil yang kita mampu untuk menjaga keseimbangan ekosistem bumi ini. Mulailah saling mengingatkan apabila melihat teman menggunakan tissue secara berlebihan.
Bumi adalah tempat kita berpijak, jadi sayangilah bumi seperti bumi menyayangi kita dengan merelakan apa saja yang ia punya demi kebutuhan manusia.
Semoga bermanfaat. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H