Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mengulas Fenomena Age Gap di Dunia Kerja

10 Juni 2024   09:52 Diperbarui: 10 Juni 2024   10:43 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat struktur penduduk Indonesia, kelompok usia muda saat ini menempati urutan terbanyak dibanding dengan populasi kelompok usia lainnya. Kelompo muda ini lebih dikenal dengan sebutan "Generasi Z", generasi yang lahir di antara tahun 1997 hingga 2012 dan merupakan tingkatan generasi setelah Generasi Y atau millenial.

Menurut data BPS, jumlah generasi z di Indonesia sekitar 72,93 juta jiwa. Sementara itu, jumlah kelompol millenial berada di urutan kedua terbesar dengan jumlah mencapai 69,38 juta jiwa. Besarnya jumlah generasi z dalam struktur penduduk kita pastik akan berimplikasi terhadap berbagai sektor, terutama angkatan kerja.

pada tahun 1990 an, mayoritas pekerja di sebuah perusahaan mungkin didominasi oleh generasi tua, sementara sekarang sebaliknya. generasi muda saat ini mungkin jumlahnya lebih banyak dibanding generasi tua. Pertanyaanya, apakah pergeseran tren ini berpengaruh terhadap budaya kerja, cara komunikasi bahkan pendekatan dalam menyelesaikan konflik.

Dahulu kala, saat jumlah generasi tua lebih banyak di sebuah perusahaan, generasi muda yang masuk lebih lambat mngkin akan mengikuti pola kerja, budaya kerja dan sederet aturan lain yang sudah diterapkan d sebuah perusahaan. Tak peduli apakah nilai-nilai yang sudah eksis tersebut bersifat tradisional, monoton bahkan cenderung menghambat perubahan misalnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, isu mengenai age-gap seringkali dibahas dan dihawatirkan akan menjad salah satu isu yang menghambat tercapainya tujuan organisasi. Pasalnya, perbedaan pendekatan dua kelompok usia tadi dalam menyikapi berbagai dinamika yang ada seringkali bertentangan.

Contohnya dalam mekanisme kerja WFO dan WFH. Generasi tua umunya lebih memilih WFO dibandingkan WFH terutama saat berada dalam kondisi sedang memutuskan sesuatu. Pendekatan ini dianggap lebih efektif karena satu tim dengan tim lainnya bisa leluasa berdiskusi tanpa harus terkendala gangguan teknis seperti jaringa internet yang lamban.

Sementara itu, generasi muda lebih senang dengan pendekatan fleksibilitas. oleh karenanya, mereka akan lebih senang memilih bekerja di rumah atau bekerja dimana saja. Pandangan ini bukan tanpa alasa, kebanyakan generasi muda umumnya menginginkan keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi. Pergi bekerja setiap hari dan berhadapan dengan jam kerja yang ketat ditambah dengan tekanan stres di jalan dianggap sebagai hambatan dalam produktivitas.

Kondisi ini akan menjadi masalah ketika pimpinan di perusahaan tersebut memutuskan untuk bekerja di kantor, sementara kebanyakan karyawannya adalah generasi muda yang menginginkan adanya kebijakan WFA atau WFH. Kondisi lainnya yang sering memicu konflik antara dua generasi ini adalah gaya komunikasi. Generasi tua umumnya mengedepankan aspek-aspek formal dalam membangun hubungan di dunia kerja .

Misalnya, mereka memanggil sesama rekan kerja dengan sebutan ibu atau bapak, mereka juga berbicara dengan bahasa formal baik dalam percakapan langsung maupun percakapan via whatsapp atau email. Generasi tua juga lebih mengedepankan aspek-aspek sopan santun dalam gestur komunikasi sehari-hari dan cenderung menghindari istilah slang.

Sementara itu, generasi muda lebih cenderung dengan pendekatan komunikasi informal, baik dalam sapaan kepada sesama pekerja, komunikasi langsung maupun komunikasi tidak langsung. Mereka pun biasanya seringkali engekspresikan bahasa atau istilah baru dalam percakapan harian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun