Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Meroketnya Harga Cabai, Menyadarkan Kita Pentingnya Skil Bercocok Tanam

24 Juni 2022   15:51 Diperbarui: 24 Juni 2022   15:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang pangan, kita memang tidak diwajibkan untuk memiliki keterampilan dalam bercocok tanam. Bagi mereka memiliki banyak uang, mungkin mereka tidak akan pusing memilikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan pangannya sendiri. Cukup dengan membeli dari orang lain mereka dapat menikmati hasil panen para petani.

Untuk mencukupi kebutuhan pokok, kita diberikan 2 pilihan, beli dari orang lain, atau menanam sendiri. Saat ini, nampaknya pilihan kedua ini dinilai sangat menjadi beban. Bagaimana tidak, kita semua tidak dibiasakan dan diajarkan keterampilan bercocok tanam yang dibutuhkan saat menghadapi situasi krisis.

Disamping itu, karena kondisi alam yang berbeda pula, kita di Indonesia saling melakukan pertukaran komoditas pertanian. Orang Sumatra menyuplai minyak, coklat dan kopi, orang jawa menyuplai beras, sayuran dan berbagai sayuran lainnya.

Suatu hari saat mengomentari harga cabai yang terus naik, seorang teman yang biasa menanam cabai di rumah memberikan komennya. Komennya itu cukup memberikan pemahaman dan kesadaran kepada saya akan pentingnya budaya Bertani.

Ia mengatakan bahwa cabai merupakan komoditas yang cenderung gampang ditanam, disamping itu, pohon ini juga dikatakan sebagai pohon yang cukup lama bertahan. Cukup menabur biji di atas tanah, beberapa hari kemudian biji ini akan tumbuh menjadi pohon kecil. Dan memang benar keadaannya demikian.

Untuk memenuhi kebutuhan cabai sendiri, kita sebenarnya dapat menanam cabai di pekarangan rumah. masalahnya apakah kita mau dan tahu cara bagaimana cara menyemainya. 

Menghadapi situasi yang tidak menentu ini memang menyadarkan saya akan pentingnya skill bercocok tanam. Bukan untuk dijual, skil ini dapat kita gunakan dalam kondisi yang sulit.

Sayangnya, skil ini seringkali disepelekan oleh sebagian orang. Pemerintah sendiri mungkin belum memandang skil bercocok tanam sebagai skil yang perlu dipelajari di sekolah. Atau bahkan ada pemikiran bahwa mempelajari skil ini merupakan sebuah kemunduran dalam berpikir. 

Padahal, menghadapi dunia yang serba tidak pasti ini, anak-anak perlu diajarkan Teknik umum menanam, mereka harus belajar langsung darimana dan bagaimana sebuah makanan dihasilkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun