Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Minyak Mahal? Diet Aja!

18 Maret 2022   16:48 Diperbarui: 18 Maret 2022   17:28 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu saya pernah menjadi salah satu orang yang ikut mengantri di depan sebuah swalayan untuk membeli minyak goreng dengan harga 14.000 per liter. Bagi kebanyakan ibu seperti saya membeli barang dengan harga diskon merupakan salah satu tips untuk berhemat. Apalagi jika selisih harga yang didapatkan untuk 1 liter minyak goreng dapat digunakan untuk mencukup kebutuhan lainnya. Begitulah kira-kira pola pikir saya dan kebanyakan orang-orang yang memburu minyak bersubsidi.  

Sebelum masuk ke dalam toko, saya sudah diberitahu jika setiap pebeli hanya diperkenankan untuk membeli maksimal 2 liter minyak saja saat belanja. Namun sayang, minyak goreng yang akan saya beli habis bahkan sebelum saya masuk ke dalam toko.

Beberapa karyawan toko mencoba menenangkan pembeli lain yang kecewa karena tidak mendapatkan minyak dengan menjelaskan bahwa minyak goreng kloter ke dua akan datang lagi di sore hari. Sampai 3 kali saya mengulang antrian dengan waktu yang berbeda, tidak ada satu minyak goreng pun yang saya dapatkan.

Belakangan saya mendapatkan info bahwa pembeli lain mencoba menyiasati aturan pembatasan pembelian minyak goreng tadi dengan membawa suami dan anggota keluarganya yang lain ke dalam toko. Sehingga, satu keluarga bisa mendapatkan 4 liter minyak dalam satu kali kunjungan.

Minyak goreng memang merupakan bahan pokok yang awet jika disimpan dalam jangka panjang. Oleh karenanya, saat masyarakat mendapatkan informasi kelangkaan dan kemahalan minyak goreng, masyarakat akan berlomba untuk mendapatkan dan menyimpan minyak tersebut.

Di jaman modern ini, rasanya minyak goreng adalah kebutuhan utama. Makanan apapun yang digoreng rasanya begitu enak, baik makanan yang manis, asin bahkan pedas. Tak heran jika keberadaannya menjadi penggerak ribuan bahkan jutaan bisnis di Indonesia.

Bayangkan saja berapa banyak usaha yang bergantung kepada minyak goreng. Misalnya rumah makan, penjual ayam goreng, tahu goreng, tempe goreng, ikan goreng, pisang goreng dan masih banyak lagi. Maka, saat harga minyak goreng mengganas, jutaan masyarakat pasti akan terkena dampaknya.

Berbicara kenaikan harga minyak goreng rasanya banyak orang yang tiba-tiba menjadi seorang analis dadakan. Betapa tidak, Indonesia yang menurut data merupakan salah satu negara penghasil sawit terbesar di dunia tidak mampu mengendalikan harga minyak goreng. Apakah produksi sawit di Indonesia sedang menurun ataukan harga sawit dunia sedang tinggi.

Jika masalahnya berasal dari sisi produksi, mengapa kenaikan harga hanya dialami oleh minyak goreng saja. Bukankah ada banyak lagi produk turunan yang dihasilkan kelapa sawit. Di sisi lain, ada juga pihak yang menduga bahwa kelangkaan minyak disebabkan oleh oknum yang menimbun minyak goreng.  Begitulah gambaran dari berbagai spekulasi dan analisis yang telah beredar selama ini.

Apa yang Salah dengan Teknik Memasak Tradisional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun