Mohon tunggu...
Pendidikan

Nilai Rapor Turun, Siapa yang Salah?

1 April 2019   10:43 Diperbarui: 1 April 2019   15:07 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nilai turun Hp disita." Begitulah ancaman yang diungkapkan para orang tua ketika musimnya ujian. Di era milenial ini, tidak hanya orang dewasa yang familiar dengan yang namanya gadget. Bahkan anak-anak pun sudah ketergantungan dengan perangkat elektronik ini. Tidak heran jika banyak orang tua yang memberikan anak fasilitas gadget di usia yang bisa disebut masih dibawah umur.

Tentu saja hal ini memberikan dampak baik positif maupun negatif. Kebanyakan anak, merasa bahwa gadget adalah sebagian dari hidupnya. Nyatanya mereka tidak bisa bertahan satu hari saja tanpa gadget.

Banyak orang orang tua yang membuat suatu perjanjian, jika mereka mendapatkan nilai yang baik atau mendapat ranking disekolah, maka akan dihadiahi sebuah gadget. Tentu saja dengan di iming-imingi hal tersebut, mereka akan berusaha dengan cara apapun untuk mendapatkan rewards yang sudah dijanjikan. Hal inilah yang merusak pikiran anak.

Dimana mereka rela tidak jujur dalam mengerjakan ujian, semata-mata agar mendapatakan nilai yang baik dan mendapatkan hadiah yang dijanjikan. Selain itu, orang tua banyak yang mengancam apabila anak mendapatkan nilai yang turun, maka konsekuensinya adalah menyita gadget. Karena orang tua mengganggap bahwa gadgetlah penyebab terbesar turunnya nilai rapor. Padahal, jika para orang tua mau mengontrol dan mencari tahu apa penyebab nilai anak mereka turun, mereka pasti akan dapat menyelesaikan masalahnya.

Salah satu orang tua, sempat meminta tolong pada seorang konselor dikarenakan anaknya yang mogok sekolah. Pada saat melakukan semacam sesi terapi pada anak, terungkap bahwa dia tidak mau masuk sekolah sebagai bentuk protes dan pemberontakan, karena handphone nya telah dirampas orang tua. Orang tua sempat merampas HP sang anak karena merasa bahwa anaknya menjadi pemalas dan nilai rapornya turun semenjak dibelikan HP. Hal inilah yang membuat perasaan anak menjadi terganggu dan memutuskan untuk mogok sekolah.

Seorang konseor anak, menggunakan teknik hypnotherapy for children. Ini adalah semacam teknik yang biasa dilakukan untuk membantu mengatasi masalah yang berhubungan dengan emosi dan perilaku pada anak. Setelah itu konselor memberikan semacam strategi agar walaupun tetap menggunakan handphone, namun orang tua harus tetap mengontrol.

Misalnya dengan cara memberi keterbatasan waktu pada penggunaan, mungkin hanya 2 sampai 3 jam perhari, atau HP hanya boleh dipakai dengan status pinjam pakai. Artinya sudah ditentukan aturan yang mengikat dalam penggunaannya. Maka jika anak melanggar aturan, sudah ada konsekuensinya. Jadi, untuk para orang tua, tidak perlu menyita HP anak jika mereka mendapat nilai rapor yang turun. Cukup dengan ,engurangi pemakaian pada HP, atau membatasinya. Dengan ini, anak tidak akan kehilangan kenyamanannya, selain itu, dengan membatasi penggunaannya, anak tidak akan lupa mana waktu untuk belajar dan mana untuk bermain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun